Scroll Untuk Baca Artikel
Feature

Kisah Pawang Hujan Semarang Banjir Job di Musim Kampanye, Hanya Bermodal Rokok dan Botol Air Mineral

×

Kisah Pawang Hujan Semarang Banjir Job di Musim Kampanye, Hanya Bermodal Rokok dan Botol Air Mineral

Sebarkan artikel ini
pawang hujan semarang
Pawang hujan Semarang, Santoso Joko Purnomo atau Joko Menthek saat ditemui di daerah Kedungmundu, Kota Semarang, Selasa 30 Januari 2024. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Tak semua orang bisa begitu saja menjadi pawang hujan. Hanya mereka yang terpilih yang mampu menekuni profesi tersebut. Hal itu terucap oleh pawang hujan Semarang, Santoso Joko Purnomo saat beritajateng.tv temui pada Selasa, 30 Januari 2024.

Mungkin tak banyak orang yang percaya bahwa Joko Menthek, sapaan akrabnya, hanya bermodalkan dua benda saat menjalankan tugasnya. Pawang hujan yang menjadi langganan sejumlah Event Organizer (EO) Semarang tersebut hanya bermodal sebuah botol air mineral yang ia letakkan di kantong celananya dan sebatang rokok. Sambil merokok, Menthek biasanya menyusuri wilayah yang tak ia kehendaki turun hujan.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

BACA JUGA: Bukan Mbak Rara, Ini Mas Menthek Pawang Hujan Semarang yang Laris Orderan Kampanye Terbuka Pilpres

“Tidak pakai dupa dan alat-alat lainnya seperti itu. Saya bermodal rokok, karena tidak bisa bekerja kalau tidak merokok dan doa kepada Allah saat berjalan kaki agar anginnya berpindah,” terang Joko Menthek.

Laki-laki paruh baya itu mengaku telah belajar menjadi pawang hujan sejak duduk di bangku SD. Bahkan, berbagai macam ritual puasa telah ia lakoni sedari anak-anak untuk memantapkan ilmu langka tersebut. Menurutnya, puasa khusus tersebut ia jalankan pada hari-hari tertentu.

“Kalau sekarang puasanya bukan puasa makan, karena saya tidak bisa kalau tidak merokok. Jadi puasanya itu dengan tidak tidur,” ungkapnya.

Joko Menthek mengungkap, ‘orang-orang terpilih’ yang memiliki kemampuan tersebut tak semata-mata langsung pada garis keturunan. Ia menyebut, kakekknya memiliki kemampuan pawang hujan, namun ayah dan anaknya tidak.

“Dibilang keturunan sih tidak bisa langsung begitu. Sepertinya yang dapat kemampuan pawang hujan ini cucu saya, karena anak saya sibuk bekerja,” jelasnya.

Pawang hujan tak naikkan tarif saat tahun politik

Berkali-kali mendapat kepercayaan, Joko hanya menyebut 2 kali gagal menunaikan tugas. Salah satunya terjadi saat ia sedang mengambil pekerjaan tersebut di luar kota.

“Saya pernah gagal karena dikerjai orang, kejadiannya di luar Jawa. Lalu akhirnya saya ketemu dengan orang yang mengerjai saya itu. Saya tanya kenapa digagalkan? Ia menjawab dengan alasan tidak suka dengan orang luar yang jadi pawang hujan, katanya harus putra daerah,” terangnya.

Sementara kegagalan yang lain terjadi saat seluruh wilayah sedang dilanda hujan hebat. Melalui hal itu, Joko berpesan bahwa kita tak bisa mengelak kehendak Yang Maha Kuasa.

BACA JUGA: Datangi TKP Kasus Subang, Ini Fakta-fakta Rara Pawang Hujan yang Sempat Viral

“Satu lagi waktu itu seluruh wilayah sedang hujan. Kalau semua wilayah hujan, mau saya pindah kemana anginnya? Jadi semuanya kehendak Allah juga,” jelasnya.

Beberapa waktu lalu, kemarau panjang melanda Jawa Tengah dan sekitarnya. Namun, musim kemarau tak jadi penghalang bagi Joko untuk tetap mendapat job sebagai memindahkan hujan. Ia menuturkan, kehadiran orang sepertinya dalam sebuah pagelaran atau acara besar sangat penting. Lantaran tak ada yang tahu kapan hujan akan turun.

Mematok tarif Rp 1,5 juta per hari untuk Kota Semarang dan Rp 2,5 juta per hari untuk luar Kota Semarang, Menthek mengaku tak menaikkan tarifnya meski tahun politik ini ramai dengan acara kampanye.

“Saya tidak menaikkan tarif, tetapi biasanya kalau acara berjalan lancar, saya mendapat bonus oleh orang partai atau timsesnya. Bonusnya sangat lumayan lah ya,” katanya.

Tinggalkan Balasan