SEMARANG, beritajateng.tv – Dalam dunia kopi yang kini didominasi sirup-sirup manis, topping flamboyan, dan espresso instan, muncul satu tawaran rasa yang mencuri perhatian di Pasar Sehati Semarang. Adalah Tumeric Coffee atau kopi kunyit racikan Tanasurga Resto and Cafe.
Tersaji tanpa pemanis buatan, tanpa susu sapi, dan tanpa tambahan rasa sintetis, minuman ini justru teracik dari espresso murni, kunyit segar, santan, dan gula aren.
Minuman ini berbasis bahan organik yang bersumber dari kebun komunitas lokal Salatiga dan petani organik. Arina, pemilik Tanasurga Resto dan Cafe Salatiga, mengungkapkan hal tersebut.
“Kami membuatnya dari kunyit segar yang diblender, ditambah kunyit bubuk, lalu dicampur dengan santan dan espresso. Gula arennya pun kami olah sendiri,” ujarnya kepada beritajateng.tv pada Minggu, 3 Agustus 2025.
Tumeric coffee bukan hal baru di dunia wellness, tapi di tangan Tanasurga, minuman ini mendapat napas lokal yang khas.
Tak seperti “golden latte” ala Barat, versi Indonesia ini menyatukan bahan-bahan dari tanah sendiri seperti, rempah lokal, santan segar, dan pemanis alami dari nira kelapa. Bagi Arina, ini bukan sekadar inovasi rasa, tetapi juga pernyataan identitas.
“Kami ingin bawa rasa yang sehat tapi tetap akrab. Ini semacam jembatan antara kopi modern dan jamu warisan nenek,” katanya.
Tumeric Coffee melawan tren sirup dengan rasa lokal yang relevan
Di tengah gempuran minuman kopi manis dengan sirup hazelnut dan krim instan, Tanasurga mengambil arah sebaliknya.
Mereka bahkan tidak menyediakan pemanis kecuali atas permintaan, dan kalaupun ada, hanya menggunakan gula aren atau gula singkong.