SEMARANG, beritajateng.tv – Menyusul sejumlah kasus keracunan makanan siap saji program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Tengah, Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) Kota Semarang menyatakan keprihatinannya dan menekankan pentingnya standar pengolahan serta distribusi makanan yang sesuai kaidah.
Ketua DPC PPJI Kota Semarang, Yanti M. Sakoer, mengungkap bahwa salah satu faktor risiko munculnya bakteri penyebab keracunan ialah proses pengolahan bahan pangan, khususnya protein hewani, yang tidak ditangani dengan manajemen penyimpanan dan suhu yang tepat.
“Kalau ayam atau bahan hewani didatangkan malam hari lalu baru diolah dini hari, harus ada penyimpanan di cool storage atau freezer. Kalau tidak, pasti rusak dan memunculkan bakteri,” jelas Yanti saat beritajateng.tv hubungi via panggilan WhatsApp pada Kamis, 2 Oktober 2025.
BACA JUGA: Cegah Kasus Keracunan MBG, PPJI Jateng Siap Dampingi Dapur SPPG di Tiap Kabupaten/Kota
Menurutnya, setelah proses produksi makanan, idealnya makanan langsung disajikan dalam rentang maksimal 8 jam. Namun untuk sayuran, waktu simpannya lebih singkat, yakni sekitar 5 jam.
Kesalahan dalam penanganan bahan, suhu pemasakan, hingga proses packing yang terlalu cepat ketika makanan masih panas menjadi faktor utama yang memicu kerusakan dan kontaminasi.
PPJI Semarang prihatin banyak SPPG MBG belum punya keterampilan jasa boga memadai
PPJI, lanjut Yanti, prihatin lantaran banyak mitra penyelenggara makan bergizi (SPPG) yang belum memiliki keterampilan memadai dalam jasa boga. Hal ini terjadi karena sebagian dapur hanya dikelola oleh investor dan relawan tanpa pengalaman, bukan oleh tenaga yang memiliki sertifikasi profesi.
“Masalah utama bukan hanya dapurnya. Banyak dapur MBG sudah standar dan layak untuk kapasitas ribuan porsi. Tapi SDM yang mengelola harus punya skill. Yang mengolah makanan seharusnya seorang cook atau chef bersertifikat, bukan hanya relawan,” tegasnya.