SEMARANG, beritajateng.tv – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana memperbarui catatan sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Langkah ini dengan cara menelusuri kembali berbagai sumber sejarah dan melengkapi artefak yang berkaitan dengan peristiwa heroik yang terjadi pada 14-19 Oktober 1945.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Kota Semarang, FX Bambang Suranggono, mengatakan pembaruan ini bertujuan agar sejarah perjuangan rakyat Semarang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurutnya, saat ini pihaknya telah mengumpulkan puluhan dokumen serta sejumlah artefak milik kolektor lokal, seperti dari Yayasan Rumah PoHan dan Jiwa Semarang Nasionalis (JSN).
“Langkah ini menjadi bagian dan upaya yang menunjukkan bahwa pertempuran benar terjadi di Semarang dan melibatkan banyak warga,” ujar Bambang.
BACA JUGA: Berlangsung Khidmat, Ribuan Warga Saksikan Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang
Hal itu ia sampaikan saat Pameran Arsip dan Sejarah Pertempuran Lima Hari di Lawang Sewu, Selasa, 14 Oktober 2025.
Dari sejarah yang ada, Bambang menjelaskan, pertempuran lima hari di Semarang berawal dari penolakan tentara Jepang untuk menyerahkan senjata kepada para pemuda.
Ketegangan memuncak setelah dr. Kariadi, yang tengah memeriksa dugaan racun di Reservoir Siranda, gugur dalam perjalanan menuju lokasi.
Dalam upaya pembaruan sejarah, Arpus juga mengompilasi data dari berbagai sumber, termasuk Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Selain itu, pada 2025 pihaknya berencana menerbitkan buku antologi bertema sejarah dan kampung di Kota Semarang yang melibatkan sekitar 1.600 penulis dari kalangan pelajar hingga masyarakat umum.
“Dalam memperbarui catatan sejarah, Arpus Kota Semarang juga mengompilasi data dari berbagai sumber, termasuk Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI),” ujarnya.
Bambang juga menambahkan pihaknya akan menerbitkan buku antologi bertema sejarah dan kampung di Kota Semarang pada 2025. Buku tersebut melibatkan sekitar 1.600 penulis dari kalangan pelajar hingga umum.