SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, banyak anak muda kini lebih sibuk dengan dunia digital daripada kegiatan sosial di lingkungannya. Fenomena itu juga terasa di Dusun Bengkle, Desa Gebugan, Kecamatan Bergas, di mana Karang Taruna yang dulu aktif kini mulai kehilangan gaungnya.
Melihat kondisi tersebut, tiga mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), yakni Devi Yofiana Putri, Salwa Paramastri Rahmah, dan Helsi Normadiyani, berinisiatif melakukan kegiatan bertajuk “Sosialisasi Karang Taruna AREMBA: Wadah Eksistensi, Kebersamaan, dan Pertumbuhan Generasi Muda”.
Di bawah bimbingan dosen Dyah Ayu Rahmawati, S.Psi., M.A, mereka merancang program sederhana namun berdampak bagi semangat pemuda di desa tersebut.
Sosialisasi ini berlangsung pada Sabtu, 4 Oktober 2025, di rumah salah satu anggota Karang Taruna AREMBA. Kegiatan mulai sekitar pukul delapan malam dan berlangsung hingga larut malam dengan suasana hangat dan penuh antusiasme. Tujuan utama kegiatan ini adalah menumbuhkan kembali semangat eksistensi dan kebersamaan para pemuda dalam organisasi mereka.
Devi menjelaskan bahwa sosialisasi ini menjadi bentuk intervensi untuk memotivasi anggota agar menyadari pentingnya peran mereka di masyarakat. Ia berharap kegiatan ini dapat membuka kesadaran bahwa Karang Taruna bukan sekadar wadah formal, melainkan ruang untuk belajar dan berkembang bersama.
BACA JUGA: Novia Anggi Fitriani, Mahasiswi Unnes Semester 5 Sabet Dua Emas di POMNAS XIX 2025
Kegiatan berawal dengan perkenalan dan ice breaking yang memancing tawa peserta. Permainan sederhana seperti “Simon Berkata” berhasil mencairkan suasana dan membangun keakraban antaranggota. Setelah suasana terasa lebih dekat, tim fasilitator mulai mengajak peserta berdiskusi tentang makna eksistensi.
Mereka diajak untuk memaknai kembali apa arti hadir dan berperan di masyarakat. Peserta kemudian berbagi pengalaman tentang kegiatan yang pernah mereka lakukan bersama, mulai dari gotong royong hingga membantu warga yang membutuhkan. Dari obrolan itu muncul kesadaran bahwa eksistensi bukan soal dikenal banyak orang, melainkan tentang kehadiran yang memberi manfaat.
Setelah sesi pertama, suasana semakin hidup ketika peserta diajak membahas pentingnya keterhubungan sosial. Melalui diskusi ringan, mereka saling bertukar ide mengenai kegiatan yang bisa mempererat hubungan antaranggota.