Jateng

Sepanjang 2025 Terjadi Ratusan Bencana di Jateng, BPBD: Banjir Terbanyak, Disusul Cuaca Ekstrem

×

Sepanjang 2025 Terjadi Ratusan Bencana di Jateng, BPBD: Banjir Terbanyak, Disusul Cuaca Ekstrem

Sebarkan artikel ini
Bencana Jateng | muhammad chomsul
Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Kedaruratan Bencana BPBD Jawa Tengah, Muhammad Chomsul, saat menunjukkan grafik kekeringan di Jawa Tengah, Senin 19 Agustus 2024. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Curah hujan ekstrem yang terjadi sejak awal tahun 2025 berdampak besar pada tingginya jumlah bencana di wilayah Jateng.

Hingga pertengahan Oktober 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mencatat sebanyak 241 kejadian bencana, mayoritas berupa banjir dan cuaca ekstrem.

Berdasarkan data yang beritajateng.tv terima pada Minggu, 19 Oktober 2025, BPBD Jawa Tengah mencatat bencana banjir menjadi peristiwa paling sering terjadi, dengan jumlah 99 kejadian.

Kemudian disusul cuaca ekstrem berupa angin kencang atau puting beliung sebanyak 72 kejadian, tanah longsor 42 kejadian, kebakaran 15 kejadian, dan kekeringan 13 kejadian.

Dari keseluruhan peristiwa itu, tercatat 10 orang meninggal dunia, 3 orang luka-luka, dan 8.694 jiwa terdampak. Sebanyak 11 rumah rusak berat, 63 rumah rusak sedang, dan 185 rumah rusak ringan. Total kerugian yang BPBD Jawa Tengah taksir mencapai Rp63,25 miliar.

“Kalau kami cut off sampai 13 Oktober, jumlah kejadiannya 241 bencana. Dan itu hampir 80 persen didominasi hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jawa Tengah, Muhammad Chomsul, via panggilan WhatsApp, Minggu, 19 Oktober 2025.

BACA JUGA: 31 Ribu Keluarga di Jateng Terima Bantuan Air Bersih, BPBD Ungkap Tiga Daerah Kekeringan Terparah

Ia menjelaskan, akumulasi data itu tak lepas dari kondisi musim hujan yang mulai meningkat sejak akhir 2024 hingga April 2025. Memasuki pertengahan tahun, sejumlah wilayah Jawa Tengah juga mulai mengalami kekeringan, meski jumlahnya lebih sedikit daripada bencana hidrometeorologi basah.

“Dari sekian kejadian memang yang paling banyak itu banjir, 99 kali. Kemudian berlanjut cuaca ekstrem sebanyak 72 kejadian, tanah longsor 42, kebakaran 15, dan kekeringan 13 kali,” jelasnya.

Chomsul menyebut, estimasi kerugian puluhan miliar rupiah itu berasal dari kerusakan infrastruktur publik, seperti jembatan dan rumah warga. BPBD mencatat nilai kerugian secara umum, sementara perincian kerusakan mendalam biasanya oleh tim rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Dari sekian kejadian itu, estimasi nilai kerugian mencapai Rp63 miliar. Itu akumulasi dari semua dampak kejadian,” tuturnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan