Jateng

Korban Kasus AI Chiko Alami Trauma Berat, Kuasa Hukum: Ini Bukan Sekadar Pelanggaran Etika!

×

Korban Kasus AI Chiko Alami Trauma Berat, Kuasa Hukum: Ini Bukan Sekadar Pelanggaran Etika!

Sebarkan artikel ini
kuasa hukum korban ai chiko
Jucka Rajendhra, Tim kuasa hukum korban konten AI Chiko, saat ditemui di Jalan Sultan Agung Kota Semarang. Rabu, 22 Oktober 2025. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Jucka Rajendhra, tim kuasa hukum korban kasus konten asusila berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dilakukan oleh Chiko Radityatama Agung Putra, mengungkapkan bahwa para kliennya tengah mengalami guncangan psikologis serius akibat penyebaran konten manipulatif yang mencatut wajah mereka.

Ia menegaskan, tindakan memanipulasi wajah seseorang ke dalam konten pornografi bukan hanya pelanggaran etika, melainkan kejahatan yang melukai martabat manusia.

“Kami menegaskan bahwa penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk memanipulasi wajah seseorang ke dalam konten pornografi tanpa izin bukan sekadar pelanggaran etika. Ini adalah kejahatan yang mencederai martabat manusia,” ujarnya saat beritajateng.tv temui di Jalan Sultan Agung Kota Semarang belum lama ini.

Menurut Jucka, kekerasan seksual berbasis digital memiliki dampak yang jauh melampaui kerugian fisik. Para korban harus menghadapi tekanan psikologis, rasa malu, hingga trauma mendalam karena citra diri mereka digunakan secara tidak sah di ruang publik.

“Para korban ini psikologinya memang terguncang. Mereka merasa tidak melakukan apa pun, tetapi harus menanggung stigma yang begitu berat dari lingkungan sekitar,” jelasnya.

BACA JUGA: Korban Kasus Konten AI Chiko Pilih Lapor Polisi Daripada Sekolah: Kami Sudah Tak Percaya Lagi

Ia juga menyoroti bahwa efek trauma tersebut tidak hanya dirasakan secara pribadi, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan reputasi korban. Di tengah tekanan itu, banyak korban yang memilih menutup diri atau menghindari interaksi publik karena takut dihakimi.

“Stigma di masyarakat harus kita ubah. Korban bukan pelaku. Mereka hanya korban dari penyalahgunaan teknologi, dan kita semua harus memberikan dukungan, bukan menyalahkan,” tegas Jucka.

Selain itu, ia mengapresiasi dukungan moral dari para siswa di sekolah yang menunjukkan empati terhadap korban melalui aksi solidaritas. Dukungan dari lingkungan sosial, kata Jucka, sangat penting dalam proses pemulihan psikologis korban.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan