Jateng

Waspada! Kasus Leptospirosis di Jateng Naik, 108 Orang Meninggal Akibat “Infeksi Tikus”

×

Waspada! Kasus Leptospirosis di Jateng Naik, 108 Orang Meninggal Akibat “Infeksi Tikus”

Sebarkan artikel ini
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jawa Tengah, Irma Makiah, saat dijumpai di kantornya. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jawa Tengah, Irma Makiah, saat dijumpai di kantornya. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Musim hujan yang menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Kota Semarang memicu kekhawatiran munculnya penyakit leptospirosis.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mengingatkan warga untuk mewaspadai infeksi yang ditularkan melalui air yang tercemar urin tikus tersebut, utamanya bagi warga yang memiliki luka terbuka saat beraktivitas di genangan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Irma Makiah, menyebut leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai di tengah curah hujan tinggi dan banjir yang terjadi saat ini.

“Yang pertama ISPA, lalu pneumonia, batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan lain. Kemudian gatal-gatal ya, banjir kan banyak yang gatal-gatal, leptospirosis juga. Ini menjadi perhatian kita juga di Jawa Tengah,” ujar Irma saat beritajateng.tv di kantornya, belum lama ini.

BACA JUGA: Musim Penghujan, Mohammad Saleh Imbau Masyarakat Terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Irma menerangkan, tak sedikit warga yang terlambat datang ke fasilitas kesehatan karena mengira gejala leptospirosis hanya flu biasa. Padahal, kata dia, infeksi tersebut bisa berkembang serius dan berakibat fatal bila tidak segera ditangani.

“Leptospirosis itu orang sering terlambat datang karena dipikirnya flu biasa. Gejalanya demam tinggi mendadak, nyeri otot terutama di betis dan punggung, mata merah pada konjungtivanya. Kalau sampai berat itu bisa jadi penyakit Weil disease atau penyakit kuning yang menyerang ginjal, menyerang hati,” sambungnya.

Ia menerangkan, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang banyak ditemukan pada tikus. Bakteri tersebut menyebar melalui urin tikus dan mencemari air banjir, lumpur, maupun genangan yang kemudian bersentuhan dengan luka di kulit atau masuk melalui mata, hidung, dan mulut.

“Banyak ada di kencing tikus dan dia mencemari di banjir, kalau kena luka orang ya bisa masuk lewat situ. Maka dari itu, di musim penghujan ini kita waspada, pastikan rumah kita bebas tikus,” tegas Irma.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah meminta masyarakat yang beraktivitas di area banjir, utamanya terutama relawan, petani, hingga pekerja lapangan,untuk melindungi diri dari paparan air tercemar.

“Kalau pekerjaannya berisiko seperti relawan banjir, jangan sampai lukanya terkontaminasi air. Pakai sepatu boot supaya kalau ada luka dia tidak kena air yang kemungkinan sudah terkontaminasi dengan urin tikus,” katanya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan