SEMARANG, berijateng.tv – Persoalan banjir yang masih melanda beberapa wilayah di Kota Semarang selama lebih dari sepekan mendapat sorotan dari kalangan legislatif.
Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Nunung Sriyanto, menilai wilayah timur kota menjadi titik paling parah terdampak banjir. Terutama di kawasan Genuk, Tambakrejo, Trimulyo dan Muktiharjo Kidul.
Nunung menjelaskan, banjir cepat terjadi meski hujan hanya turun beberapa jam. Kondisi itu, menurutnya, lantaran perubahan aliran air dari wilayah atas yang kini lebih lancar mengalir ke hilir setelah normalisasi jembatan Nogososro.
“Masalahnya, debit air dari atas sekarang mengalir sangat cepat ke bawah karena jembatan-jembatan di kawasan itu sudah ada peninggian. Akibatnya, air menumpuk di wilayah Muktiharjo Kidul,” ujarnya.
BACA JUGA: 53 SD di Semarang Terdampak Banjir, Disdik: Pembelajaran Bisa Lewat Daring
Ia menambahkan, air kiriman dari wilayah hulu seharusnya bisa langsung mengalir ke laut. Namun, keberadaan sabuk pantai membuat aliran air tertahan dan bergantung pada pompa air yang masih terbatas kapasitasnya.
“Pemerintah sebenarnya sudah berupaya mengatasi hal ini dengan membangun embung dan sabuk pantai. Progresnya sudah berjalan, dan ditargetkan selesai sekitar tahun 2027,” kata Nunung.
Politikus asal daerah pemilihan Semarang Timur ini juga menyampaikan apresiasi terhadap langkah cepat Walikota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang aktif turun langsung ke lapangan saat banjir melanda.
“Ibu Wali luar biasa. Hampir setiap hari beliau turun ke lokasi banjir. Bahkan, tadi malam sampai jam tiga dini hari masih memantau kondisi di Muktiharjo,” ungkapnya.
Nunung menilai, persoalan utama banjir juga terletak pada pompa air yang belum berfungsi maksimal. Sebagian pompa, kata dia, masih rusak dan membutuhkan perbaikan.
“Pompa yang ada sebenarnya cukup, tapi ada yang macet dan belum optimal. Pemerintah kota sudah memprioritaskan perbaikan pompa agar pemukiman yang rawan banjir bisa lebih cepat kering,” jelasnya.













