CILACAP, beritajateng.tv — Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sejak Sabtu 8 November 2025 hingga Selasa, 11 November 2025, menyebabkan 24 desa di wilayah tersebut terdampak banjir dan tanah longsor.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap mencatat, 14 desa di tujuh kecamatan terdampak banjir dan 10 desa di enam kecamatan mengalami longsor.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Budi Setyawan, mengatakan hingga Kamis pagi 13 November 2025, banjir masih merendam sejumlah wilayah Kecamatan Majenang dan Wanareja, sementara titik longsor ditemukan di Karangpucung, Cimanggu, dan Majenang.
“Hingga pagi ini, banjir masih terjadi di Majenang dan Wanareja. Beberapa titik longsor juga ada di Karangpucung, Cimanggu, dan Majenang,” ujar Budi di Cilacap, Kamis 13 November 2025.
BPBD Lakukan Penanganan Darurat
Budi menjelaskan, meski bencana tidak menimbulkan korban jiwa, kerugian materiil masih dalam proses pendataan. Saat ini, petugas BPBD bersama aparat desa dan warga terus melakukan penanganan darurat di wilayah terdampak.
BACA JUGA: Korban Tanah Longsor Pekalongan Bertambah, 23 Orang Meninggal Dunia
Salah satu langkah prioritas adalah memperkuat tanggul sementara di Sungai Citanduy. Terutama di wilayah Desa Rawaapu, Kecamatan Patimuan, yang mengalami erosi akibat derasnya arus air.
“Kemarin dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citanduy telah mengecek lokasi dan berencana segera melakukan penanganan terhadap tanggul yang terkikis air,” tambah Budi.
Sementara itu, Kepala Desa Rawaapu, Bambang Wiantoro, menjelaskan bahwa hujan lebat sejak akhir pekan lalu meningkatkan debit air Sungai Citanduy. Kondisi ini diperparah dengan banjir rob (air pasang) yang masuk ke aliran sungai di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
“Kondisi tersebut mengakibatkan tanggul Sungai Citanduy terkikis di beberapa titik. Namun air belum sampai masuk ke permukiman maupun menggenangi Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS),” jelas Bambang.













