SEMARANG, beritajateng.tv – Para petani di Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang sedang berikhtiar mewujudkan pertanian organik kian semringah.
Hasil panen perdana padi semi organik, yang menjadi rintisan (tahap awal) untuk menuju pertanian yang lebih ramah lingkungan di desa mereka menunjukkan progres yang positif.
Dari 10 hektare lahan percontohan tanaman padi semi organik yang telah dipanen perdana oleh petani. Produktivitasnya sangat menjanjikan, hampir mencapai 7 ton per hektare.
“Tepatnya 6,9 ton per hektare, dan itu hasil penghitungan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),” ungkap Kepala Desa (Kades) Kemetul, Agus Sudibyo di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat, 28 November 2025.
Padahal, jelasnya, saat pola tanam menggunakan pupuk kimia, produktivitas per hektarnya hanya berkisar 4 ton. Sehingga pola pertanian semi organik tersebut sangat menjanjikan.
Artinya, harapan untuk menjadikan Desa Kemetul sebagai sentra pertanian padi organik semakin membuncah jika melihat hasil panen perdana yang dilaksanakan, Kamis, 27 November 2025 kemarin.
BACA JUGA: Hama Kera Liar Mengganas, Petani di Dua Desa Bandungan Merugi Ratusan Juta
Desa Kemetul, lanjutnya, sedang mengembangkan pertanian organik. Hal ini untuk menekan penggunaan pupuk kimia yang kian mahal namun hasilnya kurang maksimal.
Sebelum 100 persen organik, para petani yang tergabung dalam Gapoktan Sidomulyo melakukan pola tanam semi organik pada lahan percontohan seluas 10 hektare.
“Pada panen perdana pertanian semi organik yang digarap oleh 21 orang petani tersebut, produktivitasnya mengalami peningkatan yang menggembirakan,” ungkapnya.
Yang tidak kalah membanggakan, tambah Agus, untuk menstubtitusi penggunaan sebagian pupuk kimia, para petani menggunakan pupuk organik Great Farm.
Yakni pupuk organik cair buatan Desa Kemetul yang, bahan dasarnya, memanfaatkan bekas air rendaman kedelai pada proses pembuatan tahu.













