DENPASAR, 15/3 (beritajateng.tv) – Rektor Universitas Udayana (Unud), I Nyoman Gede Antara resmi menjadi tersangka kasus korupsi Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI), Selasa (14/3/2023). Meskipun demikian, Rektor Universitas Udayana masih bisa menghirup udara bebas.
Berdasarkan hasil penelusuran, total kerugian negera sekitar Rp. 105 miliar. Tidak hanya itu, kasus korupsi ini melibatkan kerugian perekonomian negara sekitar Rp. 300 miliar. Adanya fakta tersebut Penyidik Kejaksaan Tinggi Bali menilai perbuatan Rektor Universitas Udayana tersebut memenuhi unsur-unsur Pasal 2 ayat 1, Pasal 3, dan Pasal 12 (e) juncto Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001. Selain itu, Antara juga terbukti melanggar Pasal 55 ayat 1 ke satu KUHP.
Sementara itu, menanggapi kasus yang melibatkan petinggi kampus Unud, melalui laman instagram, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana menyerukan untuk melakukan aksi turun ke jalan untuk merespon kasus yang melibatkan Rektor Universitas Udayana dan stafnya. Aksi tersebut sebagai bentuk konfirmasi terhadap pihak rektorat dan dekanat tentang keberlanjutan kasus dugaan korupsi SPI Unud. Seruan ini terjadi hari ini Rabu (15/3/2023), Pukul 08.00 WITA.
Reaksi Pihak BEM Unud Terhadap Kasus Korupsi di Lingkungan Unud
Ketua BEM Unud, I Putu Bagus Padmanegara meminta agar mahasiswa ikut menyuarakan aspirasi melalui forum ‘konsolidasi akbar’ untuk menolak komersialisasi pendidikan di perguruan tinggi khususnya Universitas Udayana. Seruan aksi tersebut akan terjadi di Auditorium Widya Sabha, Rektorat Universitas Udayana. Pihak BEM Unud menginginkan agar kasus yang melibatkan Rektor Universitas Udayana segera dituntaskan.
“Mengundang seluruh mahasiswa untuk hadir, bagi yang kuliah pagi sampingkan sebentar. Sampaikan ada agenda pagi ini. Jangan sampai jumlah kita kalah dengan jumlah aparat yang datang. Tolak segala bentuk komersialisasi pendidikan,” katanya melalui instastory instagram @putubaguspadma.
Sebelum seruan aksi itu terjadi, ada banyak aparat yang mengawal untuk mengamankan situasi dan kondisi di lingkungan Universitas Udayana.
“Aksi damai, tapi aparat berjilid-jilid. Hanya bertemu orang tua kami, tapi kenapa aparatnya sebegitunya. #kecewa,” sambungnya di laman instagram.