SEMARANG, beritajateng.tv – Konon, tempo dulu di sekitar Kota Semarang terdapat banyak penjual kopi giling tradisional yang menjajakan kopi dengan berkeliling kota. Akan tetapi, kemajuan teknologi menggeser keberadaan penjual kopi tradisional yang bermodalkan sepeda atau gerobak dorong itu.
Namun, di tengah menjamurnya kedai kopi kekinian favorit anak muda, masih ada beberapa penjual kopi yang masih berjualan secara tradisional. Salah satunya ialah Suroso.
Laki-laki berusia 54 tahun itu masih bertahan menjual kopi dengan alat giling tradisional yang telah berusia ratusan tahun. Bertempat di pinggir Jembatan Mrican, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar, Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Suroso telah berjualan kopi giling selama puluhan tahun.
“Awalnya di dekat Pasar Mrican pas, tapi waktu itu kena razia Satpol PP. Mereka ngambil payung dan kursi kecil ngak mereka kembalikan. Akhirnya ada orang yang nyuruh di seberangnya saja, akhirnya di sini sampe sekarang,” ujarnya saat beritajateng.tv temui, Selasa, 17 Oktober 2023.
Awal mula Suroso berjualan kopi giling
Lebih lanjut, Suroso menceritakan bahwa ia telah berjualan kopi giling sejak lulus SMP atau sekitar tahun 1985. Waktu itu, ia menderita suatu penyakit sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Sang kakak akhirnya menyuruh Suroso untuk berwirausaha dengan berjualan kopi. Ia pun diberikan modal satu buah gerobak dorong dan alat giling tradisional.
“Saya dibiayai, dikasih semua modalnya. Dibelikan alatnya dulu beli di Pasar Peterongan, kalau umurnya nggak tau tapi peninggalan Belanda. Sama kakak dikasih ke saya, saya disuruh jualan ini saja,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Suroso masih menggunakan alat giling tradisional yang sudah berumur ratusan tahun tersebut. Namun, karena telah berusia uzur, tak jarang alat gilingnya mengalami beberapa kendala.