SEMARANG, beritajateng.tv – Viralnya aksi berseluncur di Bendungan Pleret, Banjir Kanal Barat menimbulkan bermacam reaksi. Tak sedikit pihak yang merasa resah lantaran bahaya yang mengancam.
Beberapa waktu lalu, oknum TNI terlibat cekcok dengan masyarakat sekitar saat mencoba membubarkan kerumunan.
Sejarawan Semarang, Rukardi Achmadi mengungkapkan, jauh sebelum viral di media sosial, aksi seluncur sebenarnya telah ada sejak masa kolonial Belanda. Hanya saja, Dari aksi tersebut memang sering memakan korban. Baik korban luka-luka maupun korban jiwa.
Hal itu karena anak-anak cenderung tak paham risikonya dan hanya bermain demi kesenangan saja.
“Dia nggak ngerti di hulu Ungaran sana hujan lebat. Air bisa datang mendadak kemudian menenggalamkan mereka,” ucapnya kepada beritajateng.tv, Jumat, 19 Juli 2024.
Begitu terjadi kecelakaan, lanjut Rukardi, maka aksi anak-anak dalam bermain seluncuran akan berhenti sejenak. Sebab, mereka akan takut dan pihak orang tua pasti juga melarang hal tersebut.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu, mereka akan kembali bermain seluncur di sana. Dan hal itu berlangsung terus menerus selama puluhan tahun.
BACA JUGA: Viral, Seluncuran di Banjir Kanal Barat Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Belanda Lho! Ini Sejarahnya
Menurut Rukardi, fenomena tersebut terjadi karena wisata air di Kota Semarang umumnya memiliki akses yang terbatas. Misalnya harga tiket yang mahal. Sehingga, anak-anak yang tidak memiliki kemampuan finansial akan memilih bermain meski tempat tersebut berbahaya.
“Untuk anak-anak kampung ya mereka mainnya di tempat-tempat gratisan itu, kalau dilarang kasihan anak-anak tidak punya akses untuk menikmati hari-harinya yang penuh diisi dunia main-main itu,” katanya.
Apalagi, lanjut Rukardi, saat rilis desain revitalisasi Banjir Kanal Barat, pemerintah berencana akan memanfaatkan Banjir Kanal Barat sebagai tempat pariwisata. Salah satunya wisata air dengan perahu.