SEMARANG, beritajateng.tv – Perundungan atau bullying akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Kasus perundungan tak terjadi pada usia anak sekolah saja, namun bisa terjadi di lingkungan orang dewasa.
Salah satunya yang tengah menjadi sorotan, yakni kasus kematian dokter Aulia Risma Lestari. Mahasiswi PPDS Undip tersebut yang dugaannya mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, lantaran tak kuat menahan perundungan oleh seniornya di lingkungan kampus dan RS.
Menanggapi hal itu, Psikolog asal Universitas Diponegoro (Undip), Amalia Rahmandani mengungkap alasan mengapa seseorang bisa melakukan bullying.
Amalia menuturkan, jejak seorang pelaku bullying atau perundungan bisa ditelusuri dari masa lalunya.
“Mereka yang rawan jadi pembully bisa jadi adalah korban bully, meskipun orang-orang yang pernah menjadi korban bully pun akan menjadi korban di waktu-waktu berikutnya,” ungkap Amalia saat beritajateng.tv hubungi Jumat, 20 September 2024.
BACA JUGA: Sebut Bullying PPDS Undip Bak Warisan, Anggota DPR RI: Hukuman Pelaku Jangan Lama-lama
Saat seseorang menjadi pelaku bullying, tutur Amalia, ada semacam kebutuhan untuk mengekspresikan emosinya ketika ia merasa tak mendapat pengakuan.
“Kalau di – bully kan orang itu merasa gak terakui, kenapa? Karena sekali lagi, dia diperlakukan sedemikian gak berharga. Sehingga ada kebutuhan untuk diakui. Kebutuhan untuk diakui itu bisa termanifestasi dalam perilaku bullying,” sambung Amalia.
Selain itu, seseorang yang merundung atau melakukan bullying bisa saja mengalami penghambatan emosi.
“Jika di dalam keluarga dia tak bisa menyalurkan emosi negatifnya, orang tuanya tidak bertanya ‘kamu kenapa?’ dan tidak ada teman cerita, maka yang terjadi itu hambatan emosi,” ungkapnya.