Sama halnya seperti Anora, Cinderella modern secara tak terduga mendapatkan tiket emas menuju kehidipan baru melalui Vanya. Keduanya lalu menikah di Las Vegas. Kedua orang tua oligarki yang tak bahagia dengan kabar tersebut pun, terbang dari Rusia ke Amerika untuk ‘menyelamatkan’ putranya. Mengetahui orang tuanya dalam perjalanan ke Amerika, Vanya tak bisa menutupi rasa paniknya, bahkan di depan wanita yang berada di bawah tanggung jawabnya, Ani. Tanpa ragu, ia pun kabur dari pandangan Ani seolah tak ada yang terjadi di antara mereka. Di sinilah, penonton diperlihatkan emosi-emosi yang raw namun sangat mendalam dari Ani.
BACA JUGA: Sudah Jatuh Tertimpa Suporter
Di samping Pretty Woman dan segala dambaan dongeng dari Vivian, di sini Sean Baker membuatnya sangat serius, realistis dengan penanganan yang mengejutkan; di tiga babak awal film, ia menampilkan adegan seks eksplisit dari gadis-gadis klub, kemudian adegan pertemuan dengan klien muda dari Rusia.
Singkatnya, dunia ini sudah buruk. Bahkan, Pulau Coney saja tidak bisa menyelamatkan kisah cinta Ani dan Vanya, meski keduanya sudah melewati momen-momen romantis yang mungkin menjadi dambaan banyak orang. Kata-kata Vanya ‘Kita akan baik-baik saja meski aku tak punya uang,” itu pun juga tak cukup untuk melawan realita kehidupan yang sudah pahit.
Meski demikian, pendekatan yang Sean Baker lakukan dalam film ini sangatlah menarik dan unik. Ia memadukan kisah dongeng dan studi karakter dengan tampilan emosi yang raw itu cukup memabukkan para penontonnya. Di samping itu, Sean Baker juga menggabungkan humor absurd dengan refleksi mendalam tentang kehidupan sosial dan ekonomi. Terlebih saat ia melibatkan para utusan keluarga Vanya, membawa tawa sekaligus menunjukkan sisi tragis dari kekuasaan, oligarki, dan eksploitasi. (*)