Terlebih, kata Edvra, kesadaran membaca kebijakan privasi sebelum menyerahkan data ke platform digital sangatlah penting. Namun sayang, masih banyak warganet yang cenderung langsung menekan tombol accept atau setuju tanpa memahami konsekuensinya.
“Apakah ada privacy policy? Ada consent? Kalau hanya asal klik accept lalu setor foto, privasi kita sangat rawan untuk dimanipulasi dan didatafikasi. Ini menjadi concern serius di era digital,” tegasnya.
BACA JUGA: Ahmad Luthfi Blusukan Pasar Sukoharjo, Pedagang Berebut Foto dan Sampaikan Keluhan
Edvra juga menilai, tren polaroid AI tidak bisa hanya masyarakat lihat sebagai hiburan ringan. Menurutnya, masyarakat perlu mengaitkan aktivitas digital dengan aspek etika, keamanan, dan keberlanjutan penggunaan data.
Tren AI di dunia digital, lanjutnya, memang menawarkan kreativitas dan hiburan, tetapi di sisi lain menghadirkan tantangan besar soal literasi digital. Tanpa kesadaran, masyarakat justru bisa menjadi korban praktik penyalahgunaan data yang sulit terkendalikan.
“Saran saya masyarakat perlu lebih berhati-hati. Bukan soal kriminalitasnya, tapi soal bagaimana data kita rawan kena manipulasi,” pungkas Edvra. (*)
Editor: Farah Nazila