“Itu pun yang ngasih tahu istri saya pas jemput sekolah lewat Jatingaleh kemudian di foto. Saya cari info, karena yang minta kan tidak cuma satu,” katanya.
Ade Bhakti Akui Respon Positif Baliho
Ade mengakui, adanya baliho tersebut memunculkan banyak tafsiran dari sejumlah pihak. Bahkan, sebut dia, beberapa rekannya dari partai politik menanggapi baliho tersebut.
“Awalnya foto untuk hepi-hepian. Ternyata, orang menafsirkan banyak, politik dan sebagainya. Bahkan, beberapa teman-teman dari parpol nanya ‘wah wis tenanan ik’ Saya bales ‘tenanan to moso puasane ga tenanan’,” paparnya.
Tak hanya soal politik, Ade mengatakan, banyak juga yang mengomentari baliho tersebut dari berbagai aspek. Antara lain memposisikan sebagai warga semarang, suporter, dan lainnya.
“Banyak yang komen. Sebagai warga Semarang masih kuat tapi ra sui-sui. Ada juga teman-teman dari suporter masih kuat meskipun keluar dari empat besar. Orang menafsirkannya banyak. Padahal hepi-hepian saja. Saya kaget pada ngetag-tag di sosmed,” ujarnya.
Terkait keinginannya maju Pilwakot Semarang, dia menyampaikan tidak memiliki kendaraan politik untuk maju pilwakot.
Dia menegaskan, masih fokus menjalani kariernya menjadi aparatur sipil negara (ASN). Bahkan, saat ini dia masih mengikuti seleksi jabatan pratama eselon 2.
“Saya ASN. Ga punya kendaraan politik, bukan anggota parpol. Saya pikir lihat nanti. Hari ini saya masih ASN dan bekerja di Damkar. Apalagi, masih ikut seleksi eselon 2. Saya pikir fokus itu dulu,” papaenya.
Sejauh ini, Ade Bhakti menekankan, tidak pernah ada keinginan untuk maju Pilwakot Semarang. Sebagai ASN, dia siap ditempatkan tugas dimanapun. (*)
Editor: Elly Amaliyah