JAKARTA, beritajateng.tv – Wakil Ketua MPR RI, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengungkapkan istilah Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berasal dari Soekarno dari pidatonya pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Proklamator Kemerdekaan tersebut menyebut lima prinsip dasar negara yang ia beri nama Pancasila, berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima, dan sila adalah prinsip atau asas.
“Pancasila kita Pancasila berasal dari Pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Philosophische Grondslag nya disitu,” ujar Bambang Pacul saat acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat, 26 September 2025.
Adapun lima sila yang Bung Karno sampaikan saat itu adalah: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, serta Ketuhanan yang Berkebudayaan. Bambang Pacul lantas merinci satu persatu sila-sila tersebut. Yang pertama, menurut Bung Karno, bangsa Indonesia yang berjajar dari Sabang sampai Merauke, memiliki banyak sekali suku bangsa. Maka sila pertama adalah Kebangsaan.
“Suku bangsanya banyak banget. Ada Suku Dayak, Madura, banyak. Elemen apa yang terkuat dari persatuan, yang menyatukan suku bangsa ini apa elemen terkuatnya. Kebangsaan,” katanya dalam sosialisasi yang pesertanya para pengurus DPD KNPI Jateng dan DPD KNPI Kabupaten/Kota se Jateng tersebut.
Kemudian, masuk sila kedua, perikemanusiaan yang dasarnya dari perasaan tidak tega saat melihat orang miskin dan terlunta-lunta. Setelah itu, sila ketiga bersatulah yang mengajak banyak suku tadi untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia.
“Kita antar suku ini Bung Karno kasih underline persatuan Indonesia. Bersatu untuk apa? Bermufakat. Permufakatan ini untuk kesejahteraan rakyat,” katanya.
Bambang Pacul: Pimpinan MPR akan beri kesempatan anak muda yang ingin belajar amandemen UUD 1945
Ia melanjutkan, keempat sila tadi merupakan bentuk pengabdian kepada Tuhan YME. Maka pada sila kelima Ketuhanan. Dalam perkembangannya, setelah muncul berbagai masukan, menjadi sila-sila Pancasila seperti yang ada saat ini.
“Bahwa kemudian diskusi panjang lebar turun. Masak sih Ketuhanan nomor lima, kasih nomor satu lah, boleh. Dibuat lagi sila keduanya yang lebih bagus kemanusiaan yang adil dan beradab, boleh. Dibuat kata-katanya lebih bagus, itu aja bos,” ujarnya.