“Surplusnya ada berapa bulan, tapi yang baru kita dapat KSA-nya (Kerangka Sampel Area) itu sampai bulan April. Artinya, Maret dan April itu surplus,” tegas Kennedy.
Adapun daerah yang pertama kali panen raya menurutnya adalah Sragen.
“Sekarang Sragen tinggal 10-20 persen, hampir lebih dulu panennya. Makanya banyak luar wilayah itu yang kita berusaha serap lagi,” ucap Kennedy.
Bulog yakin alih fungsi lahan di Jateng tak berdampak pada produksi beras, apa alasannya?
Lebih lanjut, Kennedy turut merespons wacana alih lahan di Batang hingga Kendal yang menimbulkan kekhawatiran akan berkurangnya hasil pertanian.
“Saya rasa Kementan sudah menambah luas tambah tanam. Kalau kondisinya alih fungsi, Kementan sudah melakukan penambahan areal tanam,” ucap dia.
Oleh sebab itu, tutur Kennedy, alih lahan itu tak begitu berdampak buruk bagi hasil pertanian Jawa Tengah.
Terlebih, daerah yang nihil pengairan sebelumnya sudah ada pompanisasi.
“Saya lihat gak ngaruh banget, karena Mentan secara aktif melakukan penambahan luas tanam, secara produksi masih akan bertambah. Utamanya nonpengairan yang gak bisa ditanam, sekarang sudah ada pompanisasi,” jelas dia.
BACA JUGA: Bulog Pastikan Tak Ada Lagi yang Beli Gabah Petani di Bawah Rp6,5 Ribu
Untuk saat ini, Kennedy memaparkan jumlah stok beras Bulog DIY-Jawa Tengah ialah 228 ribu ton.
“Kalau kita penyaluran rutin di angka 40 kilogram, cukup 5 bulan ke depan sampai Agustus. Yang penting mengimbau masyarakat kita untuk belanja bijak, membeli sesuai kebutuhan biar tidak food waste,” pungkas Kennedy. (*)
Editor: Farah Nazila