Atas hal tersebut, Ratna pun angkat bicara. Meskipun tak banyak berkomentar, Ratna menilai hubungan antara naiknya harga beras dengan bansos yang pemerintah pusat keluarkan tak semudah itu untuk langsung tersimpulkan.
“Membuat hipotesa kan tidak sesederhana itu, pasti ada data produsennya seperti apa. Kalau saya tidak melakukan hitung-hitungan seperti itu. Semuanya pada ketersediaan barangnya,” tegas Ratna.
Lebih lanjut, Ratna mengaku pihaknya selalu melakukan pantauan harga bahan pokok di pasaran. Tak hanya fokus di provinsi saja, melainkan turun langsung ke kabupaten/kota di Jateng.
“Paling tidak kalau persiapan ini intens kami lakukan, kami cepat untuk melakukan satu langkah antisipasi yang sifatnya dini ya, karena parameter atau peringantannya kan ada,” tandasnya.
BACA JUGA: Strategi Bulog Jateng Hadapi Harga Meroket, Dorong Beras SPHP 10 Ribuan di Pasaran
Sebagai informasi, pedagang sembako di Pasar Karangayu, Royati mengeluhkan adanya kenaikan harga beras premium Mentik Wangi dari yang sebelumnya Rp 15 ribu telah mencapai Rp 21 ribu per kilogram. Sementara itu, untuk merek C4 yang sebelumnya Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu.
“Per hari naik seribu terus. Naiknya sudah seminggu yang lalu. Tentu ini memengaruhi penjualan yang dulunya kebanyakan beli lima kilo sekarang jadi dua kilo,” ucapnya dalam sebuah wawancara, Kamis 15 Februari 2024 lalu. (*)
Editor: Farah Nazila