“Ide besar dari gagasan ini (buku Menjadi Pendamai Yang Religius) bahwa tidak semua konflik berasal dari agama. Namun sebaliknya semestinya agama bisa menjadi solusi bagi konflil itu sendiri,” jelasnya.
KH. Taslim Sahlan selaku Ketua FKUB Jawa Tengah yang menjadi pembanding dalam bedah buku tersebut mengatakan selama ini, konsep deradikalisasi yang menjadi ujung tombak program anti terorisme dan kontra intoleransi belum menunjukkan hasil maksimal. Dia melihat intoleransi masih perlu ditekan lagi, justru dengan mendorong pendalaman ilmu agama di masing-masing umat beragama.
Taslim menyebutnya sebagai restorasi umat beraga, di mana masing-masing agama bertanggungjawab atas umatnya dan bertanggungjawab pula mendidik umatnya. Selain itu, upaya-upaya massif untuk saling mengenalkan dan mengenali perbedaan agama juga perlu untuk terus digalakkan.
“Terapi yang ditawarkan oleh kita adalah deradikalisasi, tapi sembuhkah kita? Ada sekenario yang kita tawarkan yaitu restorasi umat beragama dan reformasi umat beragama,” jelas Taslim dalam pemaparannya.
Taslim sendiri mengatakan bahwa pihaknya saat ini bekerjasama dengan Wahid Foundation dalam menggelar program sekolah damai.
“Kita bekerjasama dengan Wahid Foundation untuk menggelar lima program sekolah damai dan saya ditunjuk sebagai Ketua Pokja ini,” ujarnua.
Dalam acara ini, hadir pula Direktur Centre of Religion for Moderation Studies (CRMS), Dr. Teddy Kholiluddin sebagai moderator. (Ak/El)