Sayangnya, kekerasan justru semakin meluas. Hingga awal Oktober 1998, tercatat 94 orang tewas akibat tertuduh sebagai dukun santet.
Gelombang pembunuhan ini menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. Baik di kota maupun desa-desa sekitar Banyuwangi, warga mulai berjaga setiap malam.
Tragedi ini pun menyebar ke sejumlah daerah lain di Pulau Jawa, dengan pola serangan yang serupa. Rumah korban menerima tanda sehari sebelumnya, dan listrik padam sesaat sebelum eksekusi berlangsung.
BACA JUGA: Kumpulan Fakta Menarik Film Dasim, Segera Tayang Minggu ini di Bioskop 2025
Seorang warga Dusun Panco, Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, bernama Ngaseha (83 tahun), menjadi salah satu korban dalam tragedi tersebut.
Pada 4 Oktober 1998, ada laporan tentang sekelompok orang mendatangi rumah Ngaseha sekitar pukul 03.00 dini hari.
Mereka menggedor pintu, lalu masuk dan menyeret Ngaseha keluar. Istrinya yang sudah lanjut usia hanya bisa menyaksikan tanpa mampu memberikan perlawanan.
Ngaseha kemudian dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil mikrolet dan dibawa menuju Desa Rejoso.
Sepanjang perjalanan, ia diiringi oleh puluhan orang bersenjata tajam yang meneriakkan sumpah serapah. (*)