Petani Kendeng, Joko Priyanto, menilai kerusakan lingkungan di wilayah tersebut sebagai bentuk korupsi terhadap masa depan generasi mendatang. Menurutnya, eksploitasi sumber daya alam itu tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
“Orang saat ini mengambil semua sumber daya alam tanpa menyisakan sedikit pun demi anak cucu itu. Itu menurut kami juga bagian dari korupsi,” ujarnya.
Joko memperingatkan penambangan masif di kawasan karst Kendeng berpotensi menimbulkan bencana di kemudian hari.
Ia menyebut dampak lingkungan sudah warga rasakan, mulai dari banjir hingga terganggunya sektor pertanian.
“Kalau musim hujan, banjir. Jadi, di Rembang itu ada beberapa titik yang sebelumnya tidak banjir, sekarang banjir,” ungkap Joko.
BACA JUGA: Soroti Tambang di Lereng Gunung Slamet, Menteri Lingkungan Hidup Ancam Cabut Izin Jika Membebani
Pada sarasehan tersebut turut serta berbagai elemen masyarakat sipil, akademisi, hingga mahasiswa. Kegiatan ini juga menghadirkan ,antan Wakil Ketua KPK periode 2011-2015, Busyro Muqoddas.
Ia menilai bencana ekologis tidak terlepas dari kebijakan negara, dan menyebut peristiwa di Sumatera memiliki akar persoalan yang sama dengan konflik lingkungan di daerah lain.
“Kesimpulannya yang terjadi di tiga provinsi di ujung Sumatera itu juga ada kesamaannya dengan yang terjadi di Rembang, di Wadas, di Morowali dan sebagainya,” ujar Busyro.
Busyro menegaskan bahwa kerusakan lingkungan merupakan bentuk korupsi yang bersifat struktural dan sistemik. “Tragedi kemanusiaan di tiga provinsi di ujung Sumatera itu adalah merupakan korupsi,” tegasnya.
Ia pun mendorong pemerintah untuk bersikap tegas dan berpihak pada rakyat serta kelestarian lingkungan.
“Kalau [pemerintah] diam saja, pura-pura mendukung, itulah yang sesungguhnya patut kita pertanyakan,” pungkas Busyro. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













