Meskipun ada di Kawasan Pecinan, Kantin Kebajikan terbuka bagi semua orang tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Warga setempat yang ingin mendapatkan sepiring nasi dari Perkumpulan Rasa Dharma ini cukup datang dan mengantre dengan tertib.
Berbeda dengan aksi membagikan nasi gratis lainnya, Agung menyinggung soal ia yang memilih untuk menggunakan piring dan makan di tempat daripada menggunakan kertas bungkusan.
“Kalau pakai piring kan face to face dan mereka semua duduk rapi, nggak kececer. Kadang orang ngasih makan tapi kurang memanusiakan, nggak duduk pakai kursi, pakai sendok plastik,” ungkapnya.
“Kadang anak sekarang itu latihan berempati dengan cara bagi nasi bungkus tapi ngasihnya kadang buang muka, kan nggak enak. Tangannya ke kanan, mukanya ke kiri. Dan ada yang memberi untuk publikasi,” imbuh Agung.
Menurutnya, selama tujuh tahun berjalan, program Kantin Kebajikan mendapatkan respon positif dari masyarakat. Ia berharap aksi sosial ini bisa terus berlanjut dan dapat membantu sesama manusia.
“Kami tidak membedakan suku, ras, dan agama. Kami tidak ngomong soal itu. Ini untuk kemanusiaan,” tandas Agung. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto