Semarang, 31/7 (BeritaJateng.tv) – Asem-asem Koh Liem menjadi salah satu kuliner yang melegenda di Semarang. Warung makan yang terkenal dengan sajian asem-asem daging sapi itu berdiri sejak tahun 1978, yang artinya tahun ini telah memasuki usia ke-44.
Eko Utomo merupakan cucu pendiri Asem-Asem Koh Liem (Piek Swie Liem) yang kini mengelola warung kuliner dengan cita rasa khas tersebut.Dia mulai mengelolanya sejak tahun 2013, dibantu ibunya bernama Suharti.
“Saya generasi ketiga, dibantu mami. Kalau mami saya generasi kedua,” kata Eko di sela kegiatan demo memasak asem-asem daging bersama Modena dan sejumlah ibu PKK di lobi Mitra10 Semarang, baru-baru ini.
Sampai ke generasi ketiga, Eko mengatakan tetap mempertahankan keontetikan rasa asem-asem Koh Liem.
Asem-asem daging tersebut memiliki kekhasan rasa yang segar dengan campuran asem jawa, tomat, dan belimbing wuluh.
Sementara daging dan urat juga menjadi komponen yang tampak, di samping bubuhan cabai rawit merah utuh dan irisan cabai teropong merah yang mempercantik tampilan dan rasa pedas segar apabila mengunyahnya.
Untuk kuah, ditambahkan kecap untuk memberikan rasa manis. Adapun rasa semakin kuat dengan resep rahasia yang diwariskan turun-temurun.
“Untuk mempertahankan cita rasa itu “tanganan” (tangan). Jadi kita masak itu tanganan, turun-temurun kami yang dapat terus.
Kemudian kami tetap pakai cara tradisional, sejak dulu tidak ada perubahan. Kalau orang mau daging dipresto, kami tidak,” jelas dia kepada tribunjateng.com dalam mempertahankan cita rasa asem-asem Koh Liem.
Dia menambahkan, untuk menjaga resep rahasia yang diberikan keluarga secara turun-temurun sendiri setiap harinya hanya diracik olehnya bersama ibunya.
Meski, ia kini memiliki dua otlet yakni di Jalan Karanganyar, Gabahan Semarang dan cabang di Kampung Kali. Adapun dua outlet tersebut memiliki total sebanyak 60 karyawan.
“Resep rahasia hanya diketahui kami (keluarga), dibuat sendiri tidak ada yang lain,” ujarnya.
Di sisi itu, ia melanjutkan, setiap harinya dua outlet miliknya itu menghabiskan sekitar 20 kilogram daging sapi.
Adapun menu di warung makannya tidak hanya tersedia menu asem-asem, tetapi ada cumi saos mentega, udang saos mentega, dan lain-lain. “Orang luar kota biasanya cuma tahu di sini asem-asem,” sebutnya.
*Usaha Asem-asem Koh Liem Sempat Terdampak Pandemi
Saat pandemi Covid-19 sedang kencang beberapa waktu lalu, Eko memaparkan Warung Makan Asem-Asem Koh Liem juga sempat merasakan dampak sepinya warung.
Terlebih saat diberlakukan PPKM, menurutnya, terjadi penurunan baik omzet maupun kunjungan hingga 70 persen.