“Agak kesulitan memang kalau kontennya dalam bahasa Indonesia, tetapi ini sudah dapat terbantu oleh beberapa aplikasi seperti Turnitin. Sebuah informasi berupa teks itu bisa kita cek apakah buatan manusia asli atau ChatGPT,” terangnya.
Baginya, pergerakan buzzer dalam media sosial yang saling menjatuhkan pasangan calon satu dengan lainnya bukan hal yang pertama terjadi selama pesta demokrasi.
“Itu jadi hal umum ya, oleh karena itu semuanya kembali ke diri kita lagi. Kita harus bijak dan selektif, berita mana yang hoaks dan mana yang bukan,” terangnya.
Terkait apakah kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia sudah mumpuni, Junta angkat bicara. Menurutnya, secara umum kelompok masyarakat Indonesia sudah bisa membedakan mana informasi benar dan salah.
“Itu bagus, tapi sayangnya yang menyebarkan berita benar dan tidak benar itu juga tidak kalah banyak. Kita harus memantau,” tandasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto