“Pemain kamera analog pasti ada yang tumbuh dan hilang, tapi itu berbanding dengan user-user baru yang tiap hari pasti ada. Jadi untuk permintaan cuci film selalu ada, cuma nggak terlalu keliatan karena banyak yang main secara individu,” lanjutnya.
BACA JUGA:Mukti Cafe Semarang, Surganya Pecinta Tembakau
Menggunakan Mesin Modern dan Otomatis
Mencuci rol film kamera analog identik dengan ruangan serba tertutup yang disebut dengan ‘kamar gelap’. Tapi berbeda dengan yang ada di Fotogra.film Lab ini.
Lebih jelas Andika mengatakan, tempatnya menggunakan mesin yang sudah canggih dan modern. Untuk menggulung roll film berwarna misalnya, ia menggunakan professor film bekas dengan merek Noritsu QSF-V30s.
Uniknya, mesin itu memiliki ukuran 1,2 meter atau sebesar mesin fotokopi. Sedangkan untuk roll film hitam putih, ia menggunakan sebuah kotak kecil yang kedap cahaya.
“Untuk sekarang rata-rata develop itu cuci dan scan saja. Mesinnya udah otomatis, keluar dalam bentuk klise negatif, dari negatif kita scan jadi positif,” jelas Andika.
BACA JUGA:Kisah Tirta Lie Cicipi Lebih dari 2.000 Bakmie Berbeda, Berawal dari Hobi Bersepeda
Setelah melewati langkah-langkah tersebut, hasil jepretan kamera klasik tersebut bisa terlihat. Umumnya Andika akan mengirim hasil foto melalui drop box maupun e-mail. Untuk tarifnyam Fotogra.film Lab membandrol harga berkisar antara Rp 60 hingga 70 ribu tergantung jenis roll filmnya.(*)
Editor: Farah Nazila