Tepatnya pada tahun 2018, sebuah lomba dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang menjadi titik balik usaha Yuta. Berbekal juara I tingkat Kota, Yuta memberanikan diri untuk memulai kembali usahanya.
“Saya ikut lomba, dan juara 1 tingkat kota. Lalu saya ikut lomba yang di Disperindag Provinsi juga juara 3. Setelah menang, saya jadi percaya diri untuk memproduksi. Awalnya tidak kami produksi untuk luar. Waktu itu cuman hanya menerima pesanan untuk teman dan saudara. Setelah ada prestasi, kita lebih percaya diri produksi skala besar,” terangnya.
BACA JUGA:Enaknya Kue Semprong Yuta, Jadi Camilan Favorit Menteri
Kue Semprong Yuta Tembus Pasar Internasional
Berbekal inovasi dan kejelian melihat peluang, produk Yuta memilki banyak peminat. Bahkan, kue kering berbahan dasar tepung beras, gula, dan telur bikinannya itu pernah terbang ke Kanada, Georgia, Swiss, dan Singapura. Tak tanggung-tanggung, jualannya nyaris tak tersisa.
“Waktu pameran UMKM di Kanada itu produk saya laku keras. Saya bawa 2.000 kemasan, hampir 90 persen terjual. Sisa sedikit,” ungkapnya.
Hampir lima tahun menjalani bisnis kue semprong, Yuta saat ini tinggal menikmati hasilnya. Ia juga memiliki dua orang pegawai, Yuta mampu meraih omset hingga Rp 20 juta perbulan.
“Pemasarannya lewat media sosial dan marketplace, lebaran kemarin ada pelanggan dari Papua. Kita taruh juga di toko oleh-oleh Kota Lama, Balai Kota, Airport, hotel, gerai-gerai umkm, lawang sewu,” pungkasnya.(*)
Editor: Farah Nazila