“Bukan berarti keamanan kami kurang ya, justru kami bisa tahu ada 8 ribu serangan karena sistem pertahanan sudah bekerja. Jadi mereka itu hanya sampai tahap mencoba masuk, tapi langsung terpental,” ungkapnya.
BACA JUGA: 1.121 Istri di Semarang Gugat Cerai Suami, Mayoritas Akibat Pinjol dan Judol
Kendati begitu, Diskominfo Jawa Tengah belum memiliki teknologi untuk melacak individu atau pengunjung laman yang mengklik tautan iklan judol tersebut.
“Itu bukan ranah kami. Kalau melacak korban lebih ke penyidik kepolisian,” katanya.
Beri pelatihan siber kepada pelajar SMK
Tak hanya pengamanan sistem, Diskominfo Jawa Tengah juga memberi perhatian pada edukasi digital. Salah satunya lewat pelatihan keamanan siber untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Di Solo kemarin ada pelatihan online, diikuti 500 anak SMK bersama gurunya. Karena mereka punya potensi besar di bidang itu. Jadi sebelum masuk ke hal-hal yang salah, kami arahkan,” jelas Agung.
Ia menuturkan, ratusan siswa SMK itu dikenalkan pada konsep bug bounty, yakni kemampuan menemukan kerentanan sistem dan melaporkannya untuk mendapat imbalan resmi.
“Daripada menyerang lalu meminta uang tebusan, itu sudah masuk tindak kejahatan. Maka kami arahkan kemampuan mereka di jalur yang benar,” pungkas Agung. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi