“Ketika anomali suhu permukaan laut positif atau lebih panas dari rata-rata, maka suplai uap air tersedia lebih banyak. Itu yang membuat jumlah curah hujan bisa meningkat,” tambahnya.
Kendati begitu, Icky menegaskan prediksi tersebut masih bisa berubah. BMKG Ahmad Yani akan terus memperbarui data sesuai perkembangan kondisi atmosfer ke depan.
“Ini masih berdasarkan untuk data saat ini. Jadi, ketika sudah ada pengamatan di masa-masa berikutnya, nanti akan selalu kami update perkembangannya,” pungkas Icky.
BMKG ingatkan potensi cuaca ekstrem
Sebelumnya, dalam keterangan tertulisnya, Stasiun Klimatologi Jawa Tengah menyebut prediksi musim hujan tahun ini umumnya maju lebih cepat daripada klimatologis.
Buku prediksi tahunan yang rilis September lalu menegaskan wilayah Dieng dan sekitarnya memang paling awal turun hujan, sedangkan pantura seperti Tegal, Pemalang, Pekalongan, Jepara, dan Pati menjadi wilayah paling akhir.
Tak hanya itu, ada beberapa daerah yang perkiraan mengalami musim hujan sepanjang tahun, seperti Purbalingga, Banyumas utara, sebagian wilayah selatan Pemalang dan Pekalongan, Banjarnegara barat, serta wilayah tenggara Tegal dan Brebes.
Durasi musim hujan di Jateng umumnya berlangsung 6 hingga 7 bulan, dengan periode maksimal mencapai 10–11 bulan di sejumlah wilayah seperti Batang, Wonosobo, Banjarnegara, Pekalongan, Kendal, Kebumen, dan Temanggung.
BACA JUGA: Jateng Masuk Musim Pancaroba, BMKG Ahmad Yani Semarang: Waspada Hujan Lebat
Puncak musim hujan, sebagaimana Gempita sebut, prediksinya terjadi pada Januari hingga Februari 2026. BMKG juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan dari kemarau ke penghujan.
“Waspadai potensi petir, angin kencang, puting beliung, serta hujan lebat dengan durasi singkat yang bisa memicu banjir maupun longsor,” sebagaimana tertulis dalam rilis resmi BMKG.
Masyarakat diimbau tetap waspada dan menyiapkan langkah antisipatif, agar musim hujan yang lebih panjang tahun ini tidak menimbulkan bencana hidrometeorologi serius di Jawa Tengah. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi