Paling mahal, sebut Dinda, adalah pengeluaran untuk tempat tinggal. Apalagi, ia merupakan perantau dari Yogyakarta.
“Dana paling mahal dikeluarkan untuk sewa kos, sebulan Rp 975 ribu, ukuran kamar 2 x 3 meter. Walaupun kamar kosnya kecil, namun biayanya dan kenyamanannya cukup sepadan,” jelasnya.
Berbeda dengan Arif yang memiliki pengeluaran besar untuk rokok, Dinda memilih mengalokasikan sebagian dana untuk skincare dan makeup. Namun, Dinda mengaku cukup berhemat untuk urusan perawatan muka dan wajah tersebut.
“Karena tiap hari menggunakan skincare dan makeup, ya termasuk kebutuhan primer. Namun saya biasanya beli baru setelah skincare sebelumnya benar-benar habis,” imbuhnya.
Selain itu, ia cukup jarang nongkrong atau pergi ke coffee shop. Maksimal Dinda mengaku hanya 3 kali nongkrong dalam sebulan. Itupun rata-rata menghabiskan Rp 100 ribu setiap kali nongkrong.
BACA JUGA:Rajin Menabung di Bank Jateng, Perangkat Desa di Cilacap Ini Bawa Pulang Xpander
Sementara untuk mengatur keuangannya, Dinda mengatakan bahwa ia cukup rajin membuat rencana pengeluaran dan persentase. Baik dari penghasilan maupun pengeluaran membayar biaya operasional harian dan bulanan.
“Jujur untuk nonton konser saya hanya saat bertugas saja. Kalau pengeluaran untuk have fun gitu hanya bersifat insidental saja sih kalau lagi pengin. Nongkrong atau shopping mungkin maksimal 3 kali dalam sebulan,” imbuhnya.(*)
Editor: Farah Nazila