SEMARANG, beritajateng.tv – Aksi demo DPR yang mulai dari 25 Agustus 2025, hingga kini masih menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.
Adapun demo ini dihadiri oleh ratusan prang dari berbagai elemen masyarakat mulai dari mahasiswa, ojol, hingga masyarakat biasa menggelar aksi di depan DPR RI menolak kenaikan tunjangan anggota DPR. Aksi sempat ricuh saat massa mencoba menerobos barikade polisi hingga terjadi bentrokan.
Tuntutan masyarakat ini dari menurunkan Prabowo-Gibran hingga menggagalkan rencana kenaikan gaji anggota DPR RI.
Meskipun tak sedikit narasi yang menyebutkan adanya dugaan provokator atau pihak ketiga yang melakukan demo tersebut, kemarahan masyarakat terpampang nyata.
BACA JUGA: Arahan Soal Kinerja, DPRD Jateng Evaluasi Tunjangan Perumahan dan Hapus Kunjungan Luar Negeri
Adapun kemarahan mereka tersebut “meledak” karena bukan semata-mata dari kenaikan gaji maupun tunjangan yang anggota DPR dapatkan, melainkan respons mereka yang dinilai arogan.
Hal tersebut merupakan opini dari salah satu aktivis muda, Abigail Limuria dalam podcast Close The Door Deddy Corbuzier, baru-baru ini.
“Yang bikin (amarah masyarakat) meledak bukan karena kenaikan gaji dan tunjangan DPR, tapi respons mereka ke warga,” kata Abigail, seperti beritajateng.tv kutip pada Jumat 5 September 2025.
Dalam hal ini, Abigail mencontohkan demo Bupati Pati Sudewo yang sebelumnya menaikkan pajak PBB sebanyak 250 persen. Yang meskipun sudah ada setelah demo, tetap tidak membuat warga marah.
“Rakyat Pati itu masih marah karena arogansinya (Sudewo) yang sempat menantang masyarakat yang mau mendemonya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kemarahan warga ini tak lebih jelas karena respons para anggota DPR yang tidak empati.
“Masa ya (anggota DPR) joget-joget, masa ngatain rakyat “tolol”, ngatain “rakyat jelata”, itu di depan kamera lho,” lanjut perempuan kelahiran 1994 tersebut.