Program tersebut mengintegrasikan peternakan, perikanan, perkebunan, hingga pengolahan sampah menjadi kompos dalam satu tempat. Sehingga, siswa SMA Taruna Nusantara dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara mandiri.
“Sesuai yang para siswa SMPN 39 contohkan, ada kemandirian siswa dalam melakukan sesuatu, khususnya terkait dengan ketahanan pangan,” terangnya.
Urban farming latih jiwa wirausaha siswa
Sementara itu, Kepala SMPN 39 Semarang, Agusalim menambahkan, program urban farming di sekolahnya memiliki banyak manfaat. Mulai dari melatih kemandirian siswa, membangun jiwa kewirausahaan, hingga mendukung program pemerintah terkait stunting.
“Mereka merencanakan, melaksanakan, merefleksi, itu bagian dari kemandirian anak. Membimbing, menyiram, mengatasi hama tanaman, lalu menjualnya, itu kewirausahaan,” kata Agusalim.
Bahkan, lanjut Agusalim, tak sedikit siswa yang mempraktikkan urban farming ke lingkungan rumahnya. Sehingga, program ini bisa menjadi solusi ketahanan pangan pada tengah lahan perkotaan yang makin sempit.
“Itu anak-anak kalau pas panen kangkung senengnya luar biasa. Dari motong, bungkus seperti di supermarket, menjual, uangnya itu dikumpulkan ke kas, kemudian mereka belikan bibit lagi, jadi rotasi terus,” tandasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto