SEMARANG, beritajateng.tv – Penyanyi Afgan membongkar perjalanan musiknya yang berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir saat menjadi bintang tamu di podcast Raditya Dika. Ia menceritakan bagaimana pergeseran genre dan bahasa dalam karya-karyanya sempat membuat pendengar loyalnya terkejut hingga ia akhirnya memutuskan kembali ke Pop Indonesia.
Afgan menjelaskan bahwa eksperimennya mengubah genre semula diterima dengan cukup baik dari sisi angka. Namun banyak fan setia yang kaget dengan arah musiknya. “Pendengar gue yang udah loyal banyak yang kaget. ‘Wus, kenapa jadi gini nih musiknya?’” ujar Afgan.
Perubahan ini juga membuat Afgan kesulitan saat tampil di berbagai acara. Lagu-lagu barunya saat itu sulit dibawakan di panggung live karena nuansa dan karakter yang berbeda drastis dari karya sebelumnya.
BACA JUGA: Rhapsody Nusantara, Konser Musik Lintas Genre di Jogja Hadirkan Afgan Hingga Ndarboy Genk
Meski begitu, perubahan genre tersebut memberi efek positif. Afgan justru berhasil memperluas pasar internasional. “Gue jadi dapat banyak pendengar di luar Indonesia. Malaysia, Singapura, Korea, bahkan ada data dari Amerika dan Eropa,” katanya. Perluasan pasar itu sempat membuatnya berada di “persimpangan aneh”—antara mempertahankan genre baru atau kembali ke akar musikalnya.
“Capek”Eksperimen, Akhirnya Afgan Kembali ke Jati Dirinya
Akhirnya, setelah tujuh tahun bereksperimen, Afgan memutuskan kembali kepada Pop Indonesia. “Gue udah lama banget, men. Udah tujuh tahun. Jadi gue kayak, apalagi ya? Ah balik lagi aja (ke genre pop Indonesia),” ucapnya. Ia mengaku mulai merasa rindu berkarya dengan bahasa Indonesia dan kembali ke sosoknya yang dulu.
Keputusan itu terbukti tepat. Lagu barunya langsung meledak. “Jujur gue pikir zaman gue punya lagu baru yang booming tuh udah lewat,” kata Afgan. Ia mengaku hampir dua dekade berkarier dan cukup lama tidak mendapat respons sebesar lagu terbarunya, “Kacamata”, yang viral di berbagai platform.
Selama beberapa tahun terakhir, ia merasa publik hanya mendengarkan katalog lamanya, sementara karya barunya belum ada yang sepopuler itu. Karena itu, keberhasilan “Kacamata” menjadi kejutan menyenangkan yang membangkitkan kembali semangat berkaryanya.
Gabung ke Saluran













