Sebab, kata Ardan, regenerasi atlet biliar terbilang macet jika dibanding olahraga lainnya. Faktornya adalah rasa takut orang tua yang masih lekat dengan stigma negatif.
“Sampai sekarang masih ada keraguan dari orang tua. Selama biliar masih dikelilingi diskotik, dan-lain, pasti ada ketakutan dari orang tua, padahal sekarang biliar sudah jadi olahraga dunia,” ucap Ardan.
Kembali ke tahun 2000-an, Ardan masih ingat betul billiard masih mendapat cap buruk di mata masyarakat luas. Bahkan pemerintah.
Terbukti, alih-alih olahraga, rumah biliar dulunya masuk ke dalam kategori hiburan. Beruntung, pamor biliar yang sedang meningkat perlahan mengikis stigma tersebut.
BACA JUGA: Rumah Billiard di Semarang Lagi Ngetren! Ini Cara Mereka Ubah Stigma Negatif
Kini, banyak orang tua yang tak ragu lagi mengajak anaknya bermain biliar.
“Dan lokasinya pun sekarang rata-rata sudah mendukung apa yang diinginkan ortu, misalnya nggak boleh judi, merokok, jadi sangat memungkinkan anak-anak sekarang bermain biliar,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila