Gaya Hidup

Cegah Anak Speech Delay, Keluarga Muda Semarang Ini Kompak Batasi Gadget

×

Cegah Anak Speech Delay, Keluarga Muda Semarang Ini Kompak Batasi Gadget

Sebarkan artikel ini
keluarga muda semarang
Keluarga muda asal di Semarang, Fina Idamatussilmi dan Hamdan Ikhwan Wicaksana saat bermain bersama putri mereka, Syafiqa Aliyah Jazilah (2). (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah maraknya penggunaan gadget pada anak balita, keluarga muda di Semarang, Fina Idamatussilmi dan Hamdan Ikhwan Wicaksana menegaskan pentingnya pembatasan screen time pada masa golden age atau usia emas perkembangan anak.

Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023 mencatat prevalensi speech delay di Indonesia mencapai 5-8 persen, di mana mayoritas kasus dipicu screen time atau paparan gawai berlebihan sejak usia prasekolah.

Pasangan muda dari Bandarharjo, Kota Semarang itu menjadi salah satu contoh keluarga yang kini menerapkan pengasuhan aktif tanpa gawai. Putri mereka, Syafiqa Aliyah Jazilah (2), tumbuh lewat interaksi langsung, permainan fisik, dan pembelajaran konteks nyata, bukan layar.

Menurutnya, rentang usia 0-5 tahun adalah fase paling menentukan bagi tumbuh kembang anak, sehingga orang tua harus benar-benar selektif dalam memberikan stimulasi.

“Golden age itu umur dari baru lahir sampai 5 tahun. Anak masih sangat membutuhkan gizi yang baik, stimulasi yang cukup, serta kasih sayang orang tua,” ujar Fina saat beritajateng.tv temui di rumahnya pada Rabu, 3 Desember 2025.

BACA JUGA: PDIP Semarang Belum Putuskan PAW V Djoko Riyanto, Pilus: Kami Hormati Masa Duka Keluarga

Berbeda dengan banyak keluarga muda yang kini mulai menetapkan jadwal screen time harian, Fina justru memilih untuk membatasi secara ketat tanpa memberikan jadwal khusus. Menurutnya, gadget hanya diberikan pada situasi darurat, misalnya saat ia membutuhkan waktu singkat untuk fokus menjalankan ibadah.

“Kalau penggunaan gadget itu benar-benar saya batasi. Biasanya cuma pas kondisi urgent, misalnya saya mau salat Magrib. Itu pun hanya sekitar 10 menit, setelah itu saya ambil dan saya ajak main lagi,” jelasnya.

Konten yang diberikan pun dipilih ketat. Ia hanya memperbolehkan tontonan edukatif seperti lagu-lagu anak yang membantu perkembangan bahasa dan pemahaman dasar.

Kolaborasi Ayah-Ibu Menjadi Kunci Konsistensi Pengasuhan Anak

Dalam keseharian, Fina bersama suaminya bekerja dengan jadwal bergantian. Sang ayah mengasuh Aliyah pada pagi hari, sementara Ibu mengambil alih di sore hari.

Meski demikian, keduanya sepakat bahwa konsistensi aturan merupakan bagian penting dari pengasuhan, terutama terkait larangan dan penggunaan gadget.

“Kalau yang satu melarang, yang satu membolehkan, anak pasti bingung. Orang tua harus kompak. Ayah bilang tidak, ibu juga tidak. Itu penting untuk anak yang belum tahu mana yang boleh dan tidak boleh,” ujarnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan