Sementara di pusat sedang menggodok kemungkinan pembuatan dapur terpisah. Karena beban untuk sekolah saja, tiap SPPG sudah kepayahan, apalagi ada tambahan tiga menu.
“Tetapi akan tetap kami upayakan semaksimal mungkin untuk mendorong SPPG mengalokasikan 10 persen untuk MBG 3B,” jelas Robby saat mendampingi Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia.
Tetapi, lanjut Robby, yang paling penting dalam mencegah stunting itu tidak semata-mata karena gizi saja, tetapi juga banyak faktor lainnya. Seperti halnya temuan di lapangan karena faktor pola asuh.
Karena bapak ibunya sibuk bekerja, kemudian anak di asuh oleh asisten rumah tangga (ART) di rumah. Ada juga temuan lain karena faktor kondisi sanitasinya yang memang sangat tidak layak.
“Karena rumah yang sebenarnya berukuran cukup kecil. Tetapi di huni oleh tujuh anggota keluarga dengan sanitasi jambannya yang kurang memadai,” tambah wali kota.
BACA JUGA: BGN Tak Berikan Uang Tunai ke Ortu untuk MBG: Kami Pastikan Makanan Masuk ke Mulut Anak
Maka dalam program penangan stunting ini nantinya juga akan di kawinkan dengan program lain. Misalnya dengan program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang menjadi program Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim).
Kebetulan juga Pemkot Salatiga juga punya program Sanitasi Aman Terintegrasi Inklusif (Salatiga Sakti). “Maka semua nantinkita dorong juga untuk menyelesaikan faktor penyebab stunting,” jelas Robby.
Sementara itu, salah satu penerima manfaat MBG 3B di lingkungan Posyandu Perumahan Tegalrejo Permai, Venisia Anjani Wahyudi, mengaku sebagai ibu dengan anak balita sangat terbantu oleh program MBG 3B.
Karena banyak ibu-ibu sepertinya yang membutuhkan, agar asupan gizi bagi para balitanya bisa tercukupi. Karena komposisi kebutuhan gizinya sudah Pemerintah perhitungkan.
Maka ia menyambut baik pemberian MBG 3B bagi ibu hamil, ibu menyusui dan ibu pemilik balita. “Karena akan menjamin gizi makanan untuk pertumbuhan anak balita,” tegasnya. (*)
Editor: Farah Nazila













