Gak Pernah Beli, Selalu Datang Sendiri
Seiring berjalannya waktu, Fajar mengakui bahwa ia sering mendapatkan keris dalam jumlah yang bervariasi. “Seminggu kadang dapat dua, dapat tiga, kadang juga bisa sampai delapan,” sebutnya.
Fajar menyebutkan, saat ini ia telah memiliki sebanyak 375 keris. Keris ia miliki itu pun bervariasi, mulai luk 3 sampai luk 21. Ia juga menyebut memiliki keris lurus.
Ratusan keris yang ia miliki itu ia dapatkan dari sekitar rumahnya.
“Saya mengambil keris enggak pernah jauh: di dekat rumah ini semua; di depan rumah. Karena nek kok iso ‘kok bisa?’ Karena saya ke ‘panggonan’. Ke ‘panggonan’ berarti mau keris apapun, eh datang, pasti mau ikut saya,” akunya.
Dia melanjutkan, meskipun ada yang beranggapan bahwa keris tidak memiliki nilai, ia percaya bahwa bagi pecinta keris, benda ini sangat bernilai.
“Kalau bicara nilai, itu keris dibilang tidak ada nilainya, tapi juga bisa juga bernilai miliaran bagi yang suka. Karena kan rangkanya itu kadang diberi lapis emas itu loh. Nah, terus seperti ini. Ini sini dikasih berlian. Itu yang bikin mahal,” terangnya.
Fajar di sisi itu juga memberikan pandangannya tentang khodam yang sering dikaitkan dengan keris.
“Kalau orang bicara apakah itu adalah khodamnya? Ya tergantung orang penilainya juga. Kalau orang percaya ada ya ada, kalau enggak ya enggak. Yang penting kita kembali bahwa semua itu milik Allah,” tegasnya.
Fajar mengungkapkan, lebih menganggap keris-keris ini sebagai upaya untuk nguri-nguri budaya Jawa.
Ia menekankan pentingnya melestarikan budaya bagi generasi muda. “Kita ini kan besar di tanah Jawa. ‘Aja sampai wong Jawa iki hilang Jawane’. Keris ini kan terbuat sekitar 5 Masehi, zaman Keraton,” ujarnya.
Ia pun berharap agar generasi Z tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memahami dan menghargai warisan budaya seperti keris.
“Cucu saya kalau ke sini saya suruh dolanan (keris) dan mereka ngambil sendiri di atas itu. Megangi, dilihati, enggak ada apa-apanya,” tuturnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah