“Paling banyak terjual itu 45 ekor tahun lalu. Sebelum-sebelumnya itu 25 ekor, naik lagi jadi 30 ekor, terus 35 ekor. Dan sampai terjual 45 ekor. Itu 45 Alhamdullilah bagi saya istimewa,” terangnya.
Alim berjualan selama 24 jam dan akan membuka lapak hingga malam takbir Hari Raya Idul Adha. Ia mengaku saat ini sudah memiliki langganan tetap.
“Saya jualan 24 jam. Dari tanggal 20 Juni kemarin. Ada Kambing Ettawa, Kambing Randu, dan ada Kambing Jawa,” ucapnya.
BACA JUGA: Pedagang Hewan Kurban di Blora Kebanjiran Order Berkah Idul Adha
Ia membanderol harga kambingnya dari rentang harga Rp 3,2 juta dan yang paling tinggi pada kisaran Rp 3,8 juta.
Alim sempat menjalani kehidupan sebagai seorang santri di Pondok Pesantren Futuhiyyah. Hal itu tentu mengajarkan Alim banyak hal. Salah satunya adalah sikap mandiri dan tak pantang menyerah.
“Di pondok kita berlatih kesabaran dan kemandirian. Alhamdullilah bisa bertahan sampai sekarang,” terang Alim.
Dengan menjalani kehidupan sebagai santri selama 8 tahun, ia memutuskan untuk menjadi seorang muadzin pasca keluar dari Pondok Pesantren.
“Setelah lulus dari pondok, saya putuskan jadi muadzin sebagai bentuk pengabdian,” papar Alim.
Saat ditanya kesehariannya di luar momen Idul Adha, Alim menuturkan dirinya berjualan alas kaki seperti sandal dan sepatu untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto