NasionalPeristiwa

Darah dan Semangat: Tragedi dan Heroisme di Pertempuran Lima Hari Semarang

×

Darah dan Semangat: Tragedi dan Heroisme di Pertempuran Lima Hari Semarang

Sebarkan artikel ini
Seorang Anak Mengibarkan Bendera Merah Putih
Seorang Anak Mengibarkan Bendera Merah Putih (sumber: freepik.com)

Tragedi dan Heroisme: Korban, Tokoh, dan Warisan

Korban dari Pertempuran Lima Hari Semarang cukup besar dan masih terdapat perbedaan data dalam sumber-sumber sejarah.

BACA JUGA: Kabar Gembira atau Sekadar Harapan? Bagaimana Nasib Gaji PNS di 2026?

Salah satu laporan menyebutkan sekitar 2.000 pejuang Indonesia tewas, bersama dengan 850 orang Jepang.

 Namun, catatan lain menyebut jumlah korban Jepang jauh lebih kecil, dengan angka tewas di kisaran ratusan bahkan kurang dari 300.

Masyarakat mengenal Dr. Kariadi sebagai tokoh penting yang gugur saat memeriksa kabar keracunan air, yang memicu pecahnya bentrokan.

Selain itu, ada Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah), Mayor Kido sebagai pemimpin Kidobutai (garnisun Jepang setempat), dan Kasman Singodimedjo yang mewakili Indonesia dalam perundingan damai.

Sebagai bentuk penghormatan bagi para pejuang, pemerintah membangun Monumen Tugu Muda di Simpang Lima, Semarang.

Presiden Soekarno meresmikan monumen ini pada 20 Mei 1953. Hingga kini, masyarakat terus menghidupkan semangat juang dan keberanian warga Semarang yang melawan kekuatan yang lebih besar.

Pertempuran ini tetap dikenang sebagai bagian penting dari narasi kemerdekaan Indonesia sebuah kisah tentang tragedi sekaligus heroisme yang tak terlupakan.(*)

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan