“Waktu itu sering jalan ke Jogja dan Bandung, lihat kafe-kafe dengan konsep serupa. Di Semarang belum banyak yang kayak gitu. Jadi mikir, kenapa enggak bikin sendiri,” kenangnya.
Dibantu ayahnya yang juga penggemar barang antik, Laurencia menata setiap sudut kafe hingga menciptakan ruang ngopi yang penuh cerita dan bernilai sentimental.
Salah satu pengunjung, Karin, mengaku betah datang menjelang sore hari karena suasana masih sepi sehingga cocok untuk mengerjakan tugas.
“Seringnya datang pukul 15.00 ya, jam segini masih sepi. Jadi bisa fokus untuk nugas, karena orang-orang datang biasanya mulai pukul 17.00,” ungkapnya.
BACA JUGA: Rekomendasi Cafe Resto Super Unik di Semarang, Cocok Buat Jadi Tempat Buka Puasa
Menurut Karin, suasana yang ditawarkan berbeda dengan coffee shop kebanyakan di Semarang. Interiornya yang mirip rumah jadul memberi sensasi nostalgia sekaligus nyaman.
“Kalau di Gerbang Coffee and Culture ini tenang, rasanya betah di sini, pengen balik terus. Desain kafenya juga menarik kayak rumah jadul dengan nuansa yang mahal,” tandasnya.
Dengan konsep unik yang tumbuh dari garasi rumah, Gerbang Coffee and Culture kini menjadi salah satu destinasi ngopi pilihan di Semarang, terutama bagi pecinta suasana vintage yang hangat dan akrab. (*)
Editor: Farah Nazila