“Mereka melek teknologi dan adaptif. Harusnya tata kelola dan jenjang karier bisa mengadopsi itu. Harusnya banyak PNS Jateng yang punya kemampuan baik, di sekolahkan di luar, mereka bisa punya pengalaman membangun Jateng, ini kan masih belum lancar,” jelas Wahid.
Pihaknya menyebut, baru ada 6 kuota bagi ASN Jawa Tengah untuk mendapatkan pendampingan beasiswa LPDP.
BACA JUGA: KPU Jateng Ubah Jadwal Debat Pilgub Pertama jadi 30 Oktober, Gunakan Tiga Venue di Kota Semarang
“Saya lihat tahun ini itu hanya ada enam kuota bagi ASN Jateng untuk dapat pendampingan beasiswa LPDP. Dengan jumlah milenial banyak, kenapa hanya enam? Saya kira secara anggaran itu mampu,” jelasnya.
Tak hanya jenjang karier, kesejahteraan ASN juga menjadi sorotan Wahid. Menurutnya, kesejahteraan ASN Jawa Tengah masih kalah jauh dengan provinsi dan kota besar lainnya.
“Jadi yang di sektor pendapatan, misalnya samsat dan badan pendapatan, itu jadi berpengaruh pada kinerja mereka. Dengan kinerja meningkat, pendapatan meningkat. Itu jadi efek domino cukup panjang,” bebernya.
Wahid Yakin ASN Jateng Belum Tentukan Pilihan, Apa Alasannya?
Meskipun ada perwakilan dari masing-masing paslon yang berpengalaman dalam pemerintahan, sebut saja Hendrar Prihadi (Hendi) dan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), namun Wahid merasa belum ada program dari mereka yang menonjol soal tata kelola pemerintah maupun kesejahteraan ASN.
“Sampai hari ini belum nampak program kedua paslon terkait dengan tema hari pertama. Debat besok jadi kesempatan yang baik bagi paslon untuk menunjukkan. Gak cuma performance, tapi yang lebih penting substansi dan program,” terangnya.
Lebih lanjut, Wahid melihat belum banyak ASN di Jawa Tengah yang menentukan pilihannya.
“Salah satu faktor itu karena gak ada incumbent gubernur. Belum ada tawaran yang riil dari dua paslon ini terhadap skema atau program konkret mereka. Termasuk dalam perspektif pelayanan publik, gagasannya apa,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi