“Kami sudah belajar juga dari Pesta Demokrasi Pileg dan Pilpres beberapa waktu lalu juga. Tingkat potensi konflik, Semarang bahkan tertinggi di Jawa Tengah dan nomor 12 se-Indonesia. Tapi dengan sinergitas kolaborasi membuat semuanya berjalan dengan baik tanpa konflik dan suasana gaduh. Dan ini kita terapkan di Pilkada,” jelasnya.
Menurutnya, hal itu sudah di antisipasi sejak Pemilu lalu. Dia berharap, tidak ada konflik saat pilkada meski berbeda pandangan dan pilihan.
“Pak Marmo ngendiko, kalau perbedaan itu pasti ada, namun perbedaan yang ada tidak menimbulkan konflik. Setelah selesai ya sudah harus kembali damai seperti semula,” bebernya.
Sementara itu, Soemarmo HS mengapresiasi kepemimpinan Mbak Ita. Menurutnya, dia menjadi pemimpin yang bisa menghargai para pendahulu dengan dilakukannya silaturahmi ini.
Dalam rangka Hari Jadi Ke-477 Kota Semarang, dia juga berharap, kota ini bisa semakin makmur, berkehidupan toleransi agama, dan berkehidupan rumah tangga dengan baik. Dia pun percaya Mbak Ita bisa menciptakan hal tersebut di Kota Semarang.
Soemarmo bahkan menitip pesan agar Mba Ita bisa menjaga kondusifitas jelang pilkada. “Saya titip nanti menjelang pilkada harus rukun meski berbeda pilihan. Kita lihat di pilpres, yang di atas sudhs rangkul-rangkulan. Kita harus menghargai. Perbedaan itu luar biasa, kalau memilih pemimpin harus saling menghargai,” jelasnya.
Sementara itu, Sukawi Sutarip mengapresiasi perkembangan Kota Semarang saat ini. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang bisa terlibat dengan ramainya kota ini.
“Dengan macet, ekonomi berjalan. Dulu 1998 jalan sepi sekali. Namun sekarang, semuanya sudah ramai artinya perekonomian terus berjalan, dan banyak investasi masuk,” ujarnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah