Menurut Bambang, kegiatan ini tidak akan berhenti di tahap penerbitan buku. Walikota Semarang berencana menjadikan karya para peserta sebagai bahan untuk produksi film pendek. Langkah ini sekaligus mendukung visi menjadikan Semarang sebagai “Kota Sinema”.
“Tahun depan, beberapa cerpen terbaik akan diadaptasi menjadi film pendek. Harapannya, ide-ide dari anak-anak Semarang bisa bersaing di tingkat nasional bahkan internasional,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi kegiatan ini mulai menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah dan sejumlah lembaga pendidikan.
Dukungan tersebut harapannya membuat kegiatan literasi di Semarang berkelanjutan tanpa bergantung penuh pada dana APBD.
Apresiasi Dewan
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Mualim, mengapresiasi langkah Dinas Arpus yang telah menumbuhkan semangat menulis di kalangan pelajar dan masyarakat umum.
“Ini langkah positif yang harus diteruskan. Menulis tentang kampung atau kota sendiri membuat masyarakat mengenali potensi lingkungannya. Bukan sekadar lomba, tapi bagian dari membangun kecintaan terhadap daerah,” ujarnya.
Menurut Mualim, kegiatan ini juga sejalan dengan visi Pemkot untuk menggali potensi budaya lokal.
Dia berharap, ke depan, para penulis muda Semarang bisa mengembangkan karya mereka hingga ke bentuk film atau sinetron. Tentunya dengan mengangkat kisah-kisah khas Kota Semarang.
“Cerita tentang Lawang Sewu atau Kota Lama sudah sering kita dengar. Tapi masih banyak kisah dari kampung-kampung di Semarang yang layak di angkat. Dengan menulis, anak-anak bisa menjadi bagian dari sejarah baru kota ini,” katanya. (*)
Editor: Elly Amaliyah









