Dengan Jeng Yah menggunakan kebaya janggan dan gaya rambut yang dicepol simpel, tak sedikit anak muda yang tertarik untuk berpenampilan sama.
“Sekarang ini semua orang, anak-anak muda, gadis-gadis itu pengen banget makai kebaya, makai sanggul, pengen kaya Gadis Kretek,” tambahnya.
Gadis Kretek: Menjadi ciri khas perempuan Indonesia
Sebagai seorang pemerhati budaya, Febri menilai meski zaman semakin modern, justru rasa cinta dan kepedulian anak muda terhadap kebudayaan mulai muncul lagi.
BACA JUGA: 4 Alasan Wajib Baca Novel Gadis Kretek, Sejarah di Jawa yang Menarik
Saat ini, lanjut Febri, perempuan tidak lagi ragu untuk menunjukkan sisi kelembutan, feminitas, hingga sisi keanggunannya. Hal tersebur semakin membuktikan bahwa dengan bersanggul, berkain, hingga berdandan tidak menjadikan seorang perempuan menjadi kehilangan sisi powerfull.
Bahkan dari segi ekonomi, Gadis Kretek ia rasa mampu membawa berkah pada penjahit-penjahit kebaya dan juga salon-salon rambut.
“Itu bentuk kerinduan terhadap kekayaan bangsa masa lalu, ternyata mereka nggak liat suatu budaya sebagai hal yang kuno dan jadul, malah menginspirasi dan sekarang jadi populer,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila