“Kami dapat rekor MURI sebagai Pemrakarsa dan Pejuang Keroncong Inovatif yang Konsisten,” ujar Marco.
Berawal dari mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang
Lebih lanjut, pendiri Congrock 17 lainnya, Hari Djoko menambahkan, awal terbentuknya Congrock 17 ini terbilang mengalir. Saat itu, ada sekumpulan mahasiswa pehobi musik di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang yang hobi bermusik bersama.
Mulanya, nama Congrock 17 ialah Keroncong Remaja 17. Angka “17” berasal dari nama asal kampus mereka, yaitu Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang.
“Waktu kita sedang main, banyak penonton yang nyeletuk keroncongnya kok nge-rock. Dari situ berubahlah nama keroncong rock 17, disingkat jadi Congrock 17,” beber dia.
Seiring berjalannya waktu, Congrock 17 tak hanya memadukan musik keroncong dan rock. Namun juga genre lain seperti dangdut, jazz, dan lainnya.
BACA JUGA: Meriahnya Konser Kemerdekaan di Taman Indonesia Kaya Semarang, Ratusan Pelajar Tampil Sekaligus!
Berkat penampilan keroncong yang berbeda, Congrock 17 kemudian mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, sekitar tahun 1995, Congrock 17 berhasil melakukan tur hingga luar negeri.
“Kita tur meninggalkan Tanah Air selama mungkin 1 bulan, membawakan musik-musik Jawa di luar negeri, seperti Belanda, Suriname, dan Malaysia,” beber Hari. (*)
Editor: Farah Nazila