“Acaranya luar biasa. Ini peragaan busana yang bergengsi karena melibatkan desainer berkualitas dan talenta terbaik Kota Semarang. Pada momen seperti ini kita melihat betapa kuatnya rasa cinta kepada ibu yang terwujud melalui karya,” ujar Agustina.
Ia juga mengapresiasi peran Kepala Lapas Perempuan Bulu Semarang yang di nilai berhasil membangun ekosistem pembinaan yang aman dan produktif.
“Lingkungan yang mendukung membuat warga binaan mampu berkarya dan memiliki harapan. Ketika nanti kembali ke masyarakat, mereka sudah lebih siap. Selamat Hari Ibu, dan penghargaan setinggi-tingginya bagi ibu-ibu hebat di balik acara ini,” tambahnya.
Bentuk Pembinaan Konkret dan Berkelanjutan
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena, menilai fashion show batik di lapas merupakan bentuk pembinaan yang konkret dan berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya menjadikan pembinaan sebagai proses profesional, bukan sekadar pelatihan sesaat.
“Pembinaan tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan. Karya harus dipasarkan dan diasah secara profesional. Jika tidak, saat mereka keluar nanti, semuanya akan kembali dari nol,” kata Samuel.
Menurutnya, batik hasil karya warga binaan justru memiliki keunggulan karena eksklusivitas dan cerita di balik proses pembuatannya. Ia mendorong agar warga binaan menjadi bagian dari rantai produksi industri fashion nasional.
“Mereka bisa masuk sebagai supporting system, mulai dari pengerjaan pola, pemotongan, sulam, hingga finishing. Warga binaan punya keunggulan karena bisa fokus bekerja tanpa distraksi,” jelasnya.
Samuel juga menyampaikan pesan motivasi kepada warga binaan agar terus percaya diri dan menjaga mimpi mereka.
“Kreativitas itu tidak mengenal batas. Tidak ada jeruji bagi kreativitas. Di mana pun kita berada, kita tetap bisa berkarya. The sky is the limit,” ujarnya.
Fashion show yang berlangsung di area Taman Kota Lama Lapas Perempuan Bulu Semarang ini diawali dengan pembukaan, persembahan seni, laporan kegiatan, dan sambutan para tamu undangan.
Puncaknya, koleksi batik “Benang Cinta Ibu: Dari Balik Tangan yang Menguatkan” di peragakan oleh model profesional bersama warga binaan terpilih. Sekaligus adanya peluncuran Batik Malini Fatma sebagai produk unggulan UMKM binaan lapas.
Melalui kegiatan ini, Lapas Perempuan Bulu Semarang berharap dapat menjadi inspirasi bagi lapas dan rutan lain di Indonesia. Dalam mengembangkan pembinaan berbasis kemandirian dan industri kreatif. Sehingga warga binaan memiliki bekal keterampilan dan daya saing saat kembali ke tengah masyarakat. (*)
Editor: Elly Amaliyah













