SEMARANG, beritajateng.tv – “Kos bebas” sulit dicari, namun begitu banyak diminati. Berbeda dengan indekos pada umumnya, kos-kosan bebas dikenal tak memiliki aturan ketat, utamanya soal membawa lawan jenis.
Cukup sulit mencari kos-kosan bebas di Pulau Jawa. Berbeda dengan daerah yang penduduknya mayoritas non-muslim seperti Bali, mencari kos-kosan bebas di Pulau Jawa punya tantangan tersendiri. Tak terkecuali di Kota Semarang.
Jika di Yogyakarta kos bebas masyhur dengan istilah LV atau Las Vegas, bagaimana di Kota Semarang?
Banyaknya kampus, kantor, hingga industri di Kota Atlas ini membuat bisnis indekos menjamur di Semarang. Adapun jenis indekos di Kota Semarang tak jauh berbeda dengan wilayah lain, yaitu kos putra, putri, pasutri, dan campur.
Berdasarkan penelusuran beritajateng.tv, Facebook menjadi andalan untuk mencari kos-kosan bebas di Kota Semarang. Pasalnya, indekos yang dipromosikan lewat aplikasi punya aturan ketat dan harganya sulit ditawar.
BACA JUGA: Jejak Kelam Indekos Bebas di Kota Semarang: Ancaman Preman ala Warga hingga Jadi Lokasi Bisnis Haram
Salah satu grup Facebook bertajuk “Info Kos Bebas Semarang” jadi salah satu mediumnya. Dengan jumlah anggota menembus 33 ribu orang, grup itu kerap menjadi tempat pencari kos bebas untuk mendapat hunian secara cepat.
Tak sulit untuk mencari kos semacam itu di grup tersebut. Calon penyewa hanya perlu menulis di beranda grup soal kriteria hingga daerah kos yang ingin ia tempati. Bahkan, ada pengguna yang mencari kos bebas untuk hunian harian alias “transit“.
Nantinya, pemilik kos akan menawarkan kos mereka di kolom komentar, beserta narahubung, harga, serta foto indekos.
Saking tak mudahnya mencari kos bebas lantaran banyak indekos yang mewajibkan syarat buku/surat nikah untuk pasangan, kami bahkan menemukan jasa pembuatan surat nikah siri untuk pasangan nonresmi di kolom komentar dan unggahan grup Facebook tersebut. Cuma perlu membayar mulai dari Rp250 ribu, pasangan nonresmi sudah bisa mendapat surat nikah siri palsu.
Fenomena kos bebas bisa “transit” di tengah kota
Kami mencoba menelusuri salah satu kos bebas yang ditawarkan di grup Facebook tersebut. Lokasinya strategis, tak jauh dari Pasar Peterongan. Menurut keterangan penjaga kos, calon penghuni bisa menyewa kos bebas itu secara harian hingga bulanan.
“Harga bulanannya 800 ribu per minggu, kalau mau bed dobel bisa, tapi harganya 900 ribu. Sudah termasuk listrik, tapi kalau bawa barang elektronik kayak rice cooker kena tambahan,” ujar penjaga kos.
Meski lengkap dengan AC, televisi, dan kamar mandi dalam, kos bebas itu tak serupa dengan indekos eksklusif pada umumnya.
BACA JUGA: Cerita Pegawai Non-ASN Kecanduan Judi Online, ‘Nilep’ Kas RT Hingga Biaya PTSL Puluhan Juta
Suasana kamarnya cenderung gelap, lembab, serta temboknya retak dan kotor. Jika ingin menyewa harian, calon penghuni dipatok tarif mulai dari Rp70 ribu untuk waktu dua jam.
Penjaga kos hanya menyebut syarat KTP dan berusia di atas 18 tahun untuk menyewa kamar di kos bebas tersebut.
“Boleh bawa lawan jenis, syaratnya usia 18 ke atas dan KTP saja,” ucapnya.
Wilayah industri tak jamin mudah dapat kos bebas
Bergeser ke arah timur, kami mencoba mencari kos bebas di daerah Simongan. Ada satu industri farmasi besar di daerah tersebut. Hal itu pula yang menggerakkan kami untuk menelusuri fenomena kos bebas di sana.
Tak jauh dari industri farmasi itu berada, kami mencoba masuk ke salah satu gang untuk mencari kos. Banyak rumah warga yang menawarkan indekos, namun hanya tertulis kos putra atau kos putri. Tak ada satu pun kos campur atau pasutri yang kami temui di gang tersebut.
Berjalan 1 kilometer menuju kawasan Jalan Abdulrahman Saleh, kami mendapati kos eksklusif campur yang berada tepat di pinggir jalan.