Selain itu, dukungan pemerintah juga penting bagi filateli. Program-program yang mendukung filateli harus mendapat dukungan. Pemerintah serta kerjasama mitra filateli juga dapat mendorong komunitas filateli untuk terus tumbuh, kembang dan terpromosikan.
Fadli Zon mengungkapkan meskipun filateli terpengaruh kemajuan jaman, hobi filateli ini masih tetap lestari. Tak kurang 195 negara masih mencetak prangko sebagai bukti kedaulatan negara.
“Filateli bukan hanya sekedar hobi, melainkan dari Filateli ini kita dapat berkreatifitas, sehingga generasi muda menyukai kegiatan filateli,“ imbuh Fadli Zon, Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia.
Selayang Pandang Filateli dari Semarang
Banyak masyarakat masih jarang menggunakan kartu pos atau filateli sebagai sumber sejarah. Padahal, visual atau gambar yang terpampang dan goresan tinta yang tersurat menjadi saksi perubahan sebuah kota.
Melalui jepretan hasil foto yang terbingkai dalam kartu pos dan terdistribusikan kepada masyarakat, kita dapat menelusuri jejak kehidupan yang tidak terdokumentasikan melalui media lain.
Sementara menurut Olivier Johannes Raap, generasi kartu pos pertama berhasil terbit oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1874 dan dikeluarkan oleh pos negara. Pada awalnya kartu pos yang beredar masih belum bergambar dengan ukuran sekitar 9×12 sentimeter.
Partikelir memulai mencetak visual kartu pos pada 1890an. Beberapa percetakan terkenal pada masa itu H.A Benjamins, G. Kolff, Visser, Photax, dan lainnya. Dan wilayah Semarang turut hadir terdokumentasikan.
“Telisik Budaya melalui benda filateli seperti memasuki lorong waktu yang sangat berharga. Filateli yang terkenal dengan nama prangko dapat mengangkat nilai budaya dan rekam sejarah serta mempromosikan pariwisata dalam setiap kepingnya. Berbicara tentang filateli tentunya masyarakat juga dapat memulai kembali terlibat aktif dalam memelihara dan mengembangkan aktivitas filateli sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya,“ imbuh Raden Wing Wahyu Wiyarso Poespojoedho, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.
Menurut Uul Jihadan Ketua Panitia 102 tahun Filateli Indonesia, kartu pos inilah terbingkai cerita eksotis wilayah Semarang tempo dulu. Menceritakan eksotisnya Kota Semarang mulai dari situasional tempat ibadah, pasar, bangunan, pemandangan alam, kehidupan sosial, transportasi di kota Semarang.
Pada era kini, Kota Semarang tergolong cukup banyak terdokumentasikan melalui Kartu Pos memotret situasional Kota Lama Semarang menjadi ikon menarik.
“Merajut Harmoni Filateli menjadi tanggung jawab kita bersama. Sejarah panjang 102 tahun Filateli Indonesia di tahun 2024 ini kita dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan jiwa filateli. Misalnya teliti, jujur, rajin, tekun serta prestasi. Kita memiliki peran penting dalam upaya mempelajari, mengajarkan dan mendukung filateli,“ imbuh Uul Jihadan Ketua Panitia 102 Tahun Filateli Indonesia. (*)
Editor: Andi Naga Wulan.